Ramai Wacana Bensin Campur Etanol, Ahli Sebut Harga Etanol Lebih Mahal

Mohammad Nurul Hidayah - Senin, 10 November 2025 | 20:45 WIB

Pemerintah melalui Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia akan mewajibkan BBM dicampur etanol sebanyak 10 persen mulai 2027. (Mohammad Nurul Hidayah - )

Gridoto.com - Pemerintah berencana mewajibkan bensin yang dijual di Indonesia memiliki campuran etanol sebanyak 10% mulai tahun 2027 mendatang.

Wacana ini disambut dengan reaksi yang beragam di kalangan masyarakat.

Penggunaan etanol sendiri diklaim lebih ramah lingkungan, dan termasuk energi terbarukan.

Namun soal harga, sebenarnya lebih murah mana antara BBM fosil jika dibandingkan dengan harga etanol?

Peneliti Teknik Pangan Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung (FTI-ITB) Prof. Ir. Ronny Purwadi, M.T., Ph.D memberikan penjelasan.

Menurut Prof Ronny, secara harga sebenarnya etanol ini tidak murah, bahkan lebih mahal dari BBM fosil.

Baca Juga: Kenapa Etanol Lebih Ramah Lingkungan Dibanding Bensin Fosil?

"Soal harga, sebenarnya ketakutan di masyarakat ini karena harga bioetanol sebenarnya tidak murah-murah amat juga," ujar Prof Ronny pada diskusi bertajuk Peranan Bioethanol dalam Industri dan Otomotif yang diadakan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN)

Apalagi, jika etanolnya itu hasil produksi dalam negeri, secara harga masih lebih mahal dibandingkan etanol impor.

Dwi Wahyu R./GridOto.com
Prof. Ir. Ronny Purwadi, M.T., Ph.d, Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung

"Harga bio etanol produksi Indonesia, kalau hitung-hitungan engineering itu harga sekitar Rp 16.000 per liternya di Indonesia," yakin Profesor yang mengambil kuliah S3 membahas khusus etanol di Swedia ini.

Harga Rp 16.000 ini adalah harga untuk etanol murni atau 100%, wacana pemerintah adalah mencampur 10% etanol dengan 90% bahan bakar fosil.

Menurut Prof Ronny, untuk saat ini etanol impor masih lebih murah dibandingkan dengan etanol yang diproduksi di Indonesia.

Baca Juga: Kenalan Sama Etanol Yuk, Bahan Bakar Terbarukan dari Tanaman

Prof Ronny juga menjelaskan kenapa harga etanol hingga saat ini masih lebih mahal dibandingkan BBM fosil.

Alasan utamanya, untuk membuat etanol membutuhkan biaya produksi yang lebih besar dibandingkan BBM fosil.

"Kalau BBM fosil itu anugrah dari tuhan, barangnya sudah ada, tinggal diambil, diolah dan digunakan," ujarnya.

"Sedangkan etanol ini harus diproduksi dari awal. Mulai menanam bahannya, memanen, lalu memprosesnya hingga bisa digunakan. Biaya produksinya lebih besar," tuturnya.

Meski begitu Prof Ronny yakin kalau etanol ini adalah bahan bakar masa depan karena termasuk sumber energi terbarukan.

Selain itu, etanol juga ramah lingkungan karena termasuk bahan bakar net zero emission.

Sebab CO2 hasil pembakaran etanol bisa dimanfaatkan tumbuhan untuk fotosintesis, dan tumbuhannya bisa diolah lagi menjadi etanol.