“Dengan segala keterbatasan BEV, pasti orang mulai beralih, dan itu pasti akan saturated ya,” ujar Anton saat ditemui GridOto.com di kantor Gaikindo, belum lama ini.
Anton mencontohkan, kondisi serupa sebelumnya sudah lebih dulu terjadi di pasar otomotif China.
“Kemarin waktu kami ke China, tahun lalu, kami ketemu sama CAAM (China Association of Automobile Manufacturers), mereka juga bilang BEV ada batasnya. Terus perkembangan teknologi mereka itu ke plug-in hybrid,” jelasnya.
Ia menambahkan, sejumlah tantangan seperti infrastruktur pengisian daya, waktu pengisian baterai, dan jarak tempuh masih menjadi kendala utama dalam adopsi BEV di berbagai negara.
“Jadi perkembangan ke plug-in hybrid karena jarak bisa jauh, kadang-kadang masih bisa isi bensin kalau diperlukan,” pungkas Anton.