Ramai Merek China Banjiri Indonesia dengan PHEV, Gaikindo Sebut Tren Mobil Listrik Bakal Jenuh

Naufal Shafly - Sabtu, 8 November 2025 | 07:00 WIB

Tiggo 8 CSH, Pesona PHEV Termurah di Indonesia di Hybrid Challenge (Naufal Shafly - )

GridOto.com - Tren kendaraan elektrifikasi di Indonesia tampaknya akan memasuki babak baru dengan meningkatnya popularitas mobil berteknologi PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle).

Hal ini ditandai dengan masifnya pabrikan China meluncurkan model-model PHEV, seperti Chery (Tiggo 8 CSH dan Tiggo 9 CSH), Jaecoo (J7 SHS dan J8 SHS), Geely (Starray EM-i), hingga yang terbaru Wuling (Darion PHEV).

Kehadiran teknologi PHEV ini digadang-gadang bisa menjadi solusi di tengah keterbatasan mobil listrik murni (BEV).

Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), fenomena ini sejalan dengan prediksi bahwa pasar BEV akan mengalami saturasi atau titik jenuh.

Panji Nugraha/GridOto
Wuling Darion PHEV

Anton Kemal Tasli, Ketua Harian Gaikindo, menyatakan bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh mobil listrik murni pada akhirnya akan mendorong konsumen untuk mencari alternatif lain.

"Dengan segala keterbatasan BEV, pasti orang mulai beralih, dan itu pasti akan saturated ya," ucap Anton saat ditemui GridOto.com di kantor Gaikindo belum lama ini.

Anton menambahkan, kondisi ini sebenarnya sudah terjadi di pasar China yang notabene lebih dulu matang dalam hal adopsi kendaraan listrik.

"Kemarin waktu kami ke China, tahun lalu. Kami ketemu sama CAAM (China Association of Automobile Manufacturers) asosiasi seperti Gaikindo di sana, mereka juga (bilang) BEV ada batasnya," paparnya.

Radityo Herdianto / GridOto.com
JAECOO J7 SHS (Super Hybrid System)

"Terus perkembangan teknologi mereka itu ke plug-in hybrid, dan teknologi-teknologi lain," lanjutnya.

Anton menjelaskan, beberapa keterbatasan BEV yakni infrastruktur, durasi pengisian daya baterai, dan jarak tempuh.

Hal-hal tersebut menjadi faktor utama yang membuat pasar BEV di China sudah memasuki titik jenuh.

"Jadi perkembangan ke plug-in hybrid karena jarak bisa jauh, kadang-kadang masih bisa isi bensin kalau diperlukan," imbuhnya.

Kondisi Serupa di Eropa

Geely Auto Indonesia
Tampang Geely Starray EM-i.

Hal senada juga diungkapkan oleh Stefanus Sutomo, Staf Khusus Gaikindo, yang melihat tren serupa juga sudah terjadi di pasar Eropa.

"Itu kelihatan di pergerakan penjualannya di Eropa. Di Eropa BEV-nya udah mulai turun sementara hybrid-nya naik," ujar Stefanus.

Meski tidak mau menyebutkan secara gamblang, tapi Stefanus mengindikasikan fenomena di pasar global ini bisa menjadi cerminan untuk market Indonesia.

"Mungkin lebih tepat yang kata-kata pak Anton tadi, ada saturasinya. Jadi BEV ini, yang kami juga nggak tahu saturasinya ada di angka berapa, 10 persen, atau 15 persen, atau berapa tapi suatu ketika akan ada saturasinya," katanya.

Naufal/GridOto.com
Pengurus GAIKINDO 2025-2028. Stefanus Sutomo (kiri), Anton Kemal Tasli (tengah), dan Kukuh Kumara (kanan).

Sementara, Sekertaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menekankan bahwa masih terlalu dini untuk memproyeksikan kapan titik jenuh tersebut akan terjadi di Indonesia.

"Data kita terlalu sedikit untuk bisa memproyeksikan itu. Masih terlalu awal," kata Kukuh.

Ia justru melihat bahwa kehadiran mobil listrik saat ini lebih kepada menciptakan ceruk pasar yang baru, bukan mengambil alih pasar yang sudah ada.

"Sebenarnya kalau ngomong sama beberapa merek yang menjual EV sekarang, itu ceruk baru, bukannya ngambil pasar yang sudah ada," katanya.

Ia juga menyoroti bahwa pasar hybrid konvensional saat ini masih menunjukkan kestabilan yang cukup kuat.

Bahkan, Kukuh memprediksi dalam tiga atau lima tahun ke depan mobil hybrid masih akan mendominasi di pasar Indonesia ketimbang EV.

"3-5 tahun ke depan masih di hybrid. Cukup stabil ya," tutupnya.