Hasilnya, ditemukan banyak air di dalam tangki motor.
"Pengelola SPBU kemudian mengecek CCTV dan benar konsumen tersebut mengisi Pertamax Rp 30 ribu pada 5 September sekira pukul 17.05," katanya.
Merespons laporan itu, pengelola SPBU bersama Pertamina Patra Niaga melakukan investigasi memastikan kondisi bahan bakar yang disalurkan.
"Setelah dilakukan investigasi, tidak ditemukan air di dalam tangki penyimpanan Pertamax," kata Esa.
Lebih lanjut, untuk mengakomodasi keluhan serupa, pihak SPBU membuka posko pengaduan bagi konsumen.
Namun hingga saat ini, tidak ada satu pun laporan lain yang masuk.
"Kami juga membuka posko aduan di SPBU, tapi sampai hari ini tidak ada keluhan atau aduan dari konsumen lainnya yang mengalami kejadian serupa," terangnya.
Dia menegaskan, pengelola SPBU menjalankan prosedur operasional standar (SOP) secara ketat setiap hari.
"Setiap pagi SOP-nya petugas melakukan uji air."
"Kemudian uji air juga dilakukan setiap dua jam," kata Esa.
Meski demikian, video berdurasi singkat di media sosial itu telah menimbulkan dampak ekonomi cukup besar bagi pengelola.
"Sejak tersebarnya informasi di TikTok, penjualan Pertamax menurun drastis dari 3.000 liter per hari menjadi 1.000 liter per hari," ujarnya.
Esa menyebut, kerugian yang ditimbulkan mencapai puluhan juta rupiah.