"Patroli polisi hanya sporadis, sementara balapan ada terus. Kalau ada polisi, mereka pergi. Setelah polisi pergi, para pembalap datang lagi, bahkan bisa lebih banyak," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan lain untuk mengatasi masalah ini.
"Harus ada cara lain untuk menghilangkan balap liar ini, kalau hanya sekadar ditilang mereka tidak kapok. Bahkan seperti mengejek polisi karena pasti kembali lagi," tegas Bagus.
Sementara itu, salah seorang pebalap liar yang menggunakan nama samaran Rossi mengungkapkan bahwa ia mengikuti balap liar di JLS untuk menyalurkan hobinya.
"Dulu awalnya diajak teman, lalu ikut-ikutan dan sekarang sering mencoba adu cepat motor di JLS," jelasnya mengutip Kompas.com.
"Kalau di JLS ini ya enak aja, meski jalannya sedikit berbelok tapi aspalnya bagus. Banyak juga lawannya untuk adu cepat motor," lanjutnya.
Ia mengakui seringkali ada razia dari kepolisian, namun dirinya selalu berhasil lolos.
"Saya belum pernah tertangkap, ya pintar-pintar saja melarikan diri. Kalau melihat ada razia, tidak usah balapan, tapi nongkrong di warung saja," katanya.
Baca Juga: Dua Vario dan 4 Aerox Gagal Balap Liaran, Pelaku Setuju Taruhan Pasang Gocap
Ia juga menjelaskan alasan mengapa memilih balap liar daripada mengikuti event resmi.
"Saya ini belum menuju prestasi tapi sekadar hobi. Kalau event resmi mahal, mulai dari persiapan motor, pakaian dan helm balap, serta biaya lainnya," ungkap Rossi.
Terpisah, Kasat Lantas Polres Salatiga AKP Darmin mengatakan razia balap liar dilaksanakan secara terus menerus, terutama pada malam Sabtu dan malam Minggu.
"Sudah dilakukan tindakan preventif dengan melaksanakan patroli di lokasi yang sering digunakan balapan antara pukul 00.00 sampai 02.30 WIB di JLS, dari simpang Aulia (Kecandran) sampai dengan simpang Pulutan," ungkapnya.
Darmin menegaskan penegakan hukum dengan tilang diberikan untuk pelaku balap liar.
"Kita berharap tidak ada lagi balapan liar yang membahayakan pengguna jalan dan ketertiban di jalan raya bisa terwujud," ujarnya.