PT Kilang Pertamina Internasional Dorong Transisi Energi Lewat Biofuel dan Kilang Ramah Lingkungan

Yasmin FE - Jumat, 11 Juli 2025 | 15:36 WIB

Tahun ini, JCS mengusung tema “Sustainable Energy Resilience: Indonesia’s Path to Self-Sufficiency" (Yasmin FE - )

GridOto.com – Dalam forum energi terbesar di Indonesia, Joint Convention Semarang (JCS) 2025, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyampaikan langkah-langkah nyata dalam mendukung transisi energi nasional. 

Acara yang berlangsung di Semarang pada 1–3 Juli 2025 tersebut mempertemukan para profesional dan pelaku industri energi dari berbagai asosiasi.

Tahun ini, JCS mengusung tema “Sustainable Energy Resilience: Indonesia’s Path to Self-Sufficiency" untuk membahas masa depan energi yang berkelanjutan. 

Sebagai bagian dari sub holding Pertamina yang fokus pada pengolahan minyak dan petrokimia, Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman mengatakan bahwa KPI berkomitmen menjalankan bisnis secara berkelanjutan. 

Baca Juga: Harus Tahu, Ini Beberapa Faktor Penyebab Tarikan Motor Matic Terasa Slip

Perusahaan ini telah tergabung dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan menjunjung prinsip-prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam setiap langkah operasional mereka.

"Transisi energi bukan hanya soal teknologi, tapi tentang bagaimana kita menjaga kedaulatan energi sambil tetap ramah lingkungan dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat," ujar Taufik.

Dalam forum tersebut, Taufik menjelaskan bahwa tantangan energi saat ini mencakup tiga hal, yakni keamanan pasokan, keberlanjutan lingkungan, dan keterjangkauan harga. Ketiganya dikenal sebagai konsep Energi Trilemma

Untuk menjawab tantangan tersebut, KPI menjalankan strategi ganda melalui Pertamina Dual Growth Strategy. Strategi ini mencakup dua fokus, yakni meningkatkan kinerja kilang yang sudah ada dan mengembangkan bisnis energi rendah karbon. 

Baca Juga: Perpanjangan Waktu, Pemutihan Pajak Kendaraan di Banten Berakhir 31 Oktober 2025

KPI juga terus memperbaiki kilang yang sudah ada, sambil mulai beralih ke energi ramah lingkungan lewat produksi biofuel dan pembangunan kilang hijau.

"Setiap negara harus mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri, sambil tetap menjaga agar energi tetap ramah lingkungan dan terjangkau bagi masyarakat," tambahnya.

Produksi biofuel

DOK. KPI
Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman

KPI saat ini juga memproduksi biofuel melalui dua cara. Pertama, metode co-processing, yaitu mencampur bahan baku nabati dengan minyak bumi di fasilitas yang sudah ada. 

Melalui cara ini, KPI berhasil membuat bioavturSustainable Aviation Fuel) dengan kandungan bahan nabati sebesar 2,4 persen dari minyak inti sawit. 

Kedua, metode conversionBahan baku nabati murni diolah menjadi bahan bakar terbarukan seperti Pertamina Renewable Diesel yang berbasis Hydrotreated Vegetable Oil (HVO).

"Kami melihat co-processing sebagai solusi tercepat dan paling efisien untuk memproduksi biofuel, karena memanfaatkan fasilitas yang sudah ada tanpa investasi besar," jelas Taufik.

Tak hanya itu, KPI juga tengah mengembangkan teknologi kilang hijau yang mampu mengolah limbah nabati seperti minyak jelantah. Produksi awal akan dilakukan di Kilang Cilacap dan selanjutnya diperluas ke kilang lainnya di Indonesia. 

Baca Juga: Syarat Bayar Tol Tanpa Berhenti dan Turunin Kaca, Gunakan Aplikasi Ini

Menurut Taufik, metode co-processing menjadi pilihan awal karena lebih cepat diterapkan, hemat biaya, dan tidak memerlukan pembangunan fasilitas baru dari nol.

Namun, ia menegaskan bahwa pengembangan biofuel, khususnya Sustainable Aviation Fuel, tak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk regulator, pelaku industri, dan konsumen agar ekosistem energi bersih bisa tumbuh bersama. 

"KPI sendiri akan tetap fokus pada perannya dalam memproduksi bahan bakar rendah emisi sesuai peta jalan yang telah disusun," tambahnya.