"Sebenarnya perwakilan Ducati sudah mendatangiku sejak aku di Moto3, kami melihat peluang, aku tentu 100 persen ingin ke MotoGP," kata Martin dalam wawancara tahun 2024 lalu, dilansir GridOto.com dari Motosan.es.
"Akhirnya kami memutuskan ke Pramac karena kami menginginkannya meski motornya tidak mudah untuk rookie, kami juga melakukan kontak dengan Petronas SRT, juga dengan KTM yang sudah memiliki 'setengah kontrak'," jelasnya
Pada akhirnya setelah mendapat tuntutan dari KTM, Martin memilih membayar ganti rugi yang konon mencapai 1 juta euro atau hampir Rp 18,5 miliar (kurs 1 euro senilai Rp 18.474 per 13 Mei 2025).
"Mereka ingin menuntutku, mereka meminta ganti rugi hampir senilai 1 juta euro, itu membuat karierku rumit," lanjut Martinator.
"Semuanya selesai setelah aku kembali dan menutup tuntutan dengan bonus yang pernah kudapat, jadinya aku tak menerima apapun. Tahun yang sangat rumit, tapi kemudian itu adalah pilihan yang tepat," tegasnya.
Solusi memutus kontrak yang dilakukan Martin meski demi menyelamatkan kariernya, sebenarnya tidak seratus persen berdampak positif baginya.
Sebagian pihak menilai bahwa aksi Martin memutus kontrak secara berulang malah akan membuat namanya buruk di mata pabrikan.