Pemerintah Mulai Uji Coba BBM Baru Bensa RON 115, Bensin dari Minyak Sawit Buat Kendaraan Bermotor

Muslimin Trisyuliono - Rabu, 26 Januari 2022 | 22:05 WIB

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan uji coba pembuatan bensin dengan minyak sakit industri (Bensa) (Muslimin Trisyuliono - )

GridOto.com - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan uji coba pembuatan bensin dengan minyak sawit industri (Bensa).

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, bensa merupakan salah satu jenis bahan bakar nabati (BBN) yang perlu didorong pengembangannya oleh pemerintah.

Pasalnya bensa diarahkan tidak hanya sekadar uji coba saja, tetapi akan diproduksi secara massal.

"Saat ini bensa masih menjadi pilot project, masih butuh perjuangan yang panjang untuk menuju tahap komersial," ujar Arifin dalam keterangan resmi yang dikutip GridOto.com, Rabu (25/01/2022).

"Tetapi dari skala laboratorium, dari pilot plant, tentunya kita sudah bisa mengambil parameter-parameter penting menuju ke arah skala produksi komersial," sambungnya.

Bensa bakal memiliki kualitas oktan yang lebih bagus dibanding bensin yang ada saat ini, bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan Pertamax Turbo dengan RON 98.

Selain itu, produksi bensa direncanakan akan berkapasitas 238,5 kilo liter per hari dan dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan serta Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

"Dari skala pilot plantnya yang ada sekarang ini 1.000 liter umpan per hari, itu sudah bisa dihasilkan juga bahan bakar bensa yang pada saat katalisnya masih segar bisa menghasilkan bahan bakar dengan Research Octane Number (RON) 115, bahan bakar yang berkualitas tinggi," ungkap Arifin.

Baca Juga: Mobil dan Motor Listrik Bakal Jadi Kendaraan Dinas Pemerintah, Segini Targetnya Hingga 2030 Mendatang

Selain itu, dengan uji coba bensa diharapkan bisa mendorong kemandirian energi dengan mengurangi impor, baik bahan bakar minyak (BBM) maupun LPG yang terbukti membebani keuangan negara.

"Untuk itu langkah ini sudah tepat, tinggal bagaimana kita melaksanakanya agar proyek ini memiliki nilai komersial yang kompetitif," pungkas Arifin.