Mau Engine Swap Mobil? Ini Kata Polisi Soal Hukum dan Legalitasnya

Ditta Aditya Pratama - Senin, 3 Februari 2020 | 08:31 WIB

Proses engine swap BMW E36 dengan mesin 2JZ milik Toyota Supra. (Ditta Aditya Pratama - )

Setelah pilihan mesin sudah ditentukkan fokus ubahan baru ditujukan ke mounting mesin dan transmisi, pilihan girboks, ECU, dan kopelnya apabila mobil tersebut RWD (rear wheel drive) atau AWD (all wheel drive).

"Untuk mounting ada beberapa kombinasi mobil dan mesin yang tidak perlu banyak ubahan. Contohnya BMW, atau Honda Civic ke mesin B series," ujar Mashadi.

Taufan Rizaldy/GridOto.com
Mesin 4AG Silver Top pada Kijang 'Kapsul', masih menyisakan ruang mesin yang cukup besar.

Sedangkan untuk ECU biasanya dapat menggunakan ECU bawaan mesin yang hendak dicangkokkan.

Namun ada beberapa yang tidak bisa digunakkan dan harus mengaplikasikan ECU standalone aftermarket.

"Kalau untuk girboks dan kopel biasanya sih selalu ada yang bisa dikawinkan atau diakali untuk masuk ke kombinasi mobil dan mesin barunya," ujarnya.

Tentu saja setiap modifikasi ada plus dan minusnya, tak terkecuali proses engine swap.

Taufan Rizaldy/GridOto.com
Toyota Kijang 'Kapsul' dengan mesin 4A-GE, jadi lebih bertenaga.

"Kalau plus, secara umum biasanya customer mengganti mesin bawaan dengan mesin yang lebih besar. Jadi keunggulan pertama pastinya tarikan mobil jadi lebih bertenaga," tukasnya.

Selain penggantian unit mesin dengan yang lebih besar, ada juga beberapa praktek engine swap yang sekadar meremajakan mesin dengan yang lebih muda.

"Mesin lebih muda jadi tak terlalu sering rewel. Spare parts pun lebih banyak tersedia karena mesinnya masih relevan di bengkel resmi," ungkap Mashadi.

Namun, setiap proses engine swap tak selamanya mulus dan lancar-lancar saja.

(Baca Juga: Usung Konsep Racing Sampai Engine Swap, Vespa Sprint 150 Bali Habiskan Rp 250 Juta!)

"Kalau bicara minus yang pertama adalah di proses trial and error si mesin barunya. Ada kemungkinan harus ganti ini, atau ganti itu. Jadi makan dana," sebut pria ramah tersebut.

"Lalu kalau beli mesinnya seken, kan enggak ketahuan tuh kondisi mesinnya. Harus kita belah dulu. Kalau tahunya bermasalah entah pernah kena banjir atau gimana, ya rugi kan beli mesinnya," tambahnya.

Bicara soal pasca proses engine swap, Mashadi meyakini apabila semua rangkaian dan komponen berjalan dengan baik, mobil masih bisa tetap nyaman dan bekerja tanpa masalah.

Jadi kepikiran melakukan engine swap? Siapa tahu ada pengguna Avanza yang khilaf kepingin ganti pakai 2JZ-GTE, hehehe...