Kerja Jadi Ojol Kurangi Tingkat Pengangguran? Padahal Ini Faktanya

M. Adam Samudra - Sabtu, 9 November 2019 | 13:01 WIB

Ilustrasi driver ojol (M. Adam Samudra - )

Jam beroperasi dalam sehari terbesar kisaran 10-12 jam (31,94 persen), 7-9 jam (23,29 persen), 12-14 jam (18,51 persen), lebih dari 15 jam (12,47 persen), 4-6 jam (11,75 persen) dan 1-3 jam (2,04 persen).

Jumlah pesanan atau order dalam sehari terbanyak 5-10 kali (40,22 persen).

Kemudian berikutnya 11-15 kali (30,86 persen), 16-20 kali (16,05 persen), kurang dari 5 kali (6,83 persen) dan 21-25 kali (4,27 persen).

"Jadi, kurang benar jika selama ini ada anggapan kalau bisnis ojol itu mengurangi pengangguran. Yang pasti adalah beralih profesi menjadi pengemudi ojol karena tawaran penghasilan yang memikat saat itu," ujar Djoko kepada GridOto.com di Jakarta, Sabtu (9/11/2019).

"Namun akhirnya sekarang terjerat dan untuk kembali ke pekerjaan semula alami kesulitan. Kecuali sudah memiliki keahlian khusus, seperti pertukangan, petani dapat kembali ke profesi semula. Bagi yang pekerja kantoran, sulit kembali bekerja di kantor sebelumnya," tutupnya.