Lalu, sampah-sampah di lokasi ini sudah bercampur dengan air, sehingga membuat tanah di bawahnya sudah becek.
Ridwan mengatakan, kolong tol di Sungai Bambu tersebut memang sudah dijadikan sebagai TPS liar sejak puluhan tahun lalu.
Namun, sebelumnya hanya warga di sekitar Sungai Bambu yang membuang sampah di lokasi ini.
Tapi, seiring berjalannya waktu, karena beberapa TPS di sekitar Tanjung Priok ada yang ditutup, sehingga warga dari Kelurahan Kebon Bawang, Warakas, dan Papanggo, ikut membuangnya ke kolong tol.
"Kayak di Papanggo TPS-nya ditutup, jadi buangnya ke sini. Jadi kayak kekurangan TPS," sambung Ridwan.
Baca Juga: Mirip Bantar Gebang, Jalan di Penggilingan Cakung Jaktim Ini Jadi Gunung Sampah Menjijikan
Ridwan mengaku, menggunungnya sampah di lokasi ini disebabkan karena armada yang datang untuk melakukan pengangkutan tidak sesuai dengan volume sampah.
"Rutin diangkut, tapi tidak sesuai dengan volume. Harusnya 11 truk, kadang kurang dari 11, bahkan yang datang kadang cuma dua atau tiga, dengan volume sampah seperti ini enggak akan habis," jelas Ridwan.
Penjaga TPS bernama Suyitno (58) mengatakan, awalnya Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakarta Utara menjanjikan akan ada 11 truk sampah yang melakukan pengangkutan setiap hari apabila warga yang biasa membuang di Waduk Cicin (Wacin) dialihkan ke kolong tol.
"Awalnya, TPS di Waduk Cincin (Wacin) ditutup selama dua bulan, terus diarahkan lah dari beberapa kelurahan buang ke sini, Kasatpel menjanjikan akan ada 11 mobil setiap harinya untuk dimuat, tapi nyatanya sampai saat ini paling banyak itu dimuat enam sampai delapan mobil," ungkap Suyitno.
| Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR