Pertama pengembangan sistem produksi etanol generasi kedua yang tidak bersaing dengan pangan.
Pemanfaatan oksigen dan CO₂ sebagai produk samping untuk meningkatkan efisiensi produksi biofuel dan hidrogen.
Ketiga, riset mengenai metode operasi sistem secara keseluruhan, termasuk penggunaan biofuel pada kendaraan.
Targetnya, proses produksi yang hemat energi, berkelanjutan dan ekonomis.
Termasuk penelitian pemanfaatan limbah sumber daya hayati sebagai bahan baku bioetanol.
Tujuannya mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada sekaligus menciptakan nilai tambah bagi lingkungan dan perekonomian.
Kalau tadi disebut Toyota dan kawan-kawan itu betul.
Karena ini merupakan proyek gabungan multi-sektor.
Antara perusahaan otomotif dan energi besar. Yakni Toyota, ENEOS, Suzuki, Mazda, Subaru, dan Daihatsu.
Lalu ada special supporters dari Denso, Aisin dan Nippon Steel Engineering.
Kolaborasi ini memastikan hasil penelitian dapat langsung diterapkan pada industri otomotif. Bukan itu saja, tapi juga mendukung pengembangan kendaraan rendah emisi di masa depan.
Yasunobu Seki, Chairperson of Steering Committee memaparkan secara gamblang mengenai pengembangan bioethanol dan bahan bakar sintetik.
Bioethanol memakai bahan baku yang bisa dikonsumsi manusia maupun yang tidak.
Bahan baku yang dikonsumsi manusia seperti tebu, jagung dan singkong. Sedangkan yang tidak dikonsumsi manusia seperti kayu, batang padi dan tanaman khusus yang dibudidayakan untuk menghasilkan energi.
Di sisi lain ada juga pengembangan lewat proses kimia untuk menghasilkan bahan bakar sintetik.
Yakni dengan menggunakan sinar matahari, menangkap udara dan memproses menjadi industrial chemical synthesis.
Menariknya, penelitian ini enggak berhenti di pembuatan bahan bakar dengan proses tadi. Namun juga memikirkan bagaimana memanfaatkan residu pertanian seperti daun, batang padi dan ampas tebu juga menjadi bahan bakar.
Luar biasa...
| Editor | : | Iday |
KOMENTAR