Lebih lanjut, Khemkorner menyebut dirinya juga memproduksi mesin pengolah plastik itu secara mandiri.
Dirinya berharap inovasi ini mendapat perhatian pemerintah, sehingga bisa dikembangkan lebih luas.
"Kalau ada dukungan, petasol bisa diproduksi lebih banyak, dan tentu akan sangat membantu masyarakat serta mengurangi beban subsidi BBM," kata dia.
Lebih lanjut, menurut Khemkorner, ada tiga tiga bahan utama yang bisa dipakai untuk membuat Petasol, yakni sampah plastik, oli bekas, dan stereofoam.
"Kalau dari 1 kilogram sampah plastik bisa menghasilkan sekitar 800 ml petasol, dari 1 liter oli bekas bisa menjadi 950 ml, sedangkan dari 1 kilogram stereofoam bisa menghasilkan 900 ml petasol," terang Khemkorner.
Ia menjelaskan, proses produksi dilakukan dengan memasukkan bahan-bahan tersebut ke dalam mesin reaktor yang dirancang khusus.
Baca Juga: Gak Peduli Harga Naik atau Langka, Warga Desa Ini Ciptakan BBM Sendiri dari Sampah Plastik
Dari sana, limbah akan diolah menjadi cairan yang bisa digunakan langsung sebagai bahan bakar alternatif.
Menurutnya, setiap bahan dasar memiliki tingkat efisiensi berbeda.
Oli bekas menjadi yang paling tinggi, mencapai 95 persen, disusul stereofoam 90 persen, dan sampah plastik sekitar 80 persen.
Khemkorner menegaskan, Petasol yang Ia hasilkan bukan sekadar uji coba, melainkan sudah diproduksi secara konsisten.
Bahkan, produk tersebut telah diuji di laboratorium BRIN dan lembaga negara lainnya untuk memastikan kualitasnya.
"Semua produk Petasol sudah tersertifikasi dan hasil uji lab menunjukkan layak digunakan. Jadi tidak ada lagi keraguan untuk memanfaatkannya sebagai energi alternatif," ujarnya.
Selain sebagai solusi energi, Khemkorner menilai pengolahan limbah plastik dan stereofoam menjadi Petasol dapat membantu mengurangi persoalan sampah yang menumpuk di masyarakat.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR