GridOto.com - Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (KAMSELINDO) menilai seruan aksi Stop Sirine dan Strobo yang ramai di media sosial sebaiknya dilihat dari sudut pandang keselamatan, bukan sekadar sentimen.
Wakil Ketua Umum Diklat KAMSELINDO, Erreza Hardian, mengatakan penggunaan strobo dan sirine oleh pejabat justru dimaksudkan untuk memberi tanda kepada pengguna jalan lain.
Hal itu berkaitan dengan risiko eskalasi pergerakan rombongan pejabat yang berbeda dari kendaraan biasa.
“Pergerakan kendaraan ini akan di luar yang biasa, menggunakan bahu jalan, bermanuver kencang, ekstrem manuver, stop and go, serta berkelompok. Ini tentu bahaya ketika tidak diberikan tanda,” ujarnya kepada GridOto.com, Minggu (7/9/2025).
Menurutnya, penggunaan strobo dan sirine merupakan bagian dari profesionalisme serta protokol tetap yang dijalankan oleh pengemudi dan petugas pengawalan.
“Mereka itu sudah terlatih dengan kemampuan khusus. Kalau mereka tanpa kelengkapan itu malah menyalahi apa yang menjadi kompetensi mereka. Toh ini ada izinnya dan ada kewenangan diberikan berdasarkan tugas pokok,” tegas Erreza.
Ia menyayangkan maraknya kampanye penolakan penggunaan strobo dan sirine, termasuk ajakan memasang stiker di kendaraan.
Menurutnya, hal tersebut kerap dibangun dengan sentimen ketidaksukaan, bukan literasi keselamatan.
“Masalahnya adalah wacana yang dibangun untuk tidak memberi jalan atau melawan. Saya sayangkan justru banyak influencer ikut-ikutan tanpa literasi dan kesadaran keselamatan di jalan. Ini malah bisa jadi bahaya,” jelasnya.
Baca Juga: Ramai Seruan Stop Strobo, Pakar Safety Sebut Bentuk Protes Masyarakat
Erreza menekankan, aturan mengenai siapa yang berhak menggunakan strobo dan sirine sebenarnya sudah jelas.
Karena itu, yang dibutuhkan adalah sikap adaptif dan etika para pengguna jalan lainnya.
“Kalau mau fair, aturannya ada dan lengkap. Pertanyaannya, siap tidak kita ketika tahu itu benar, tapi tetap kita tidak suka sebagai pengguna jalan biasa?” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa jalan raya dihuni oleh berbagai jenis kendaraan dan pengguna dengan risiko yang berbeda-beda.
Karena itu, perlu ada sikap saling memahami, termasuk ketika ada tanda permintaan prioritas.
“Tidak mungkin kita semua sama di jalan. Privilege itu ada. Marah arogan itu gampang, tapi memberikan orang yang berisiko sebagai prioritas seperti strobo atau sirine, itu baru luar biasa,” pungkasnya.
| Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR