Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Ketar-ketir Harga BBM Meroket Imbas AS Serang Iran, Harga Minyak Mentah Sentuh Rp 2 Juta

Ferdian - Senin, 23 Juni 2025 | 17:45 WIB
Ilustrasi SPBU
Ermiel/GridOto.com
Ilustrasi SPBU

GridOto.com - Serangan Amerika Serikat ke 3 fasilitas nuklir Iran bisa berefek ke meroketnya harga bahan bakar minyak di Indonesia.

Bagaimana tidak, dengan adanya peristiwa tersebut tentu berimbas ke harga minyak mentah dunia.

Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) hingga saat ini masih impor minyak untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri.

Menyitat dari website Direktorat Jenderal ESDM, pada 2023, Indonesia mengimpor minyak mentah 132,39 juta barel.

Sampai akhir semester pertama 2024, impor minyak mentah mencapai 62,20 juta barel.

Selain minyak mentah, Indonesia juga mengimpor hasil minyak seperti BBM untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik.

Tentu dengan naiknya harga minyak mentah dunia bisa menyebabkan konsekuensi besar, yakni inflasi di berbagai negara.

Pemicu utama lonjakan harga minyak akhir pekan ini yaitu serangan Amerika ke fasilitas nuklir Iran.

Baca Juga: Harga BBM RON 92 Turun di Awal Juni 2025, Cek Daftar Lengkapnya

Serangan ini membuat situasi politik dan keamanan di Timur Tengah memanas.

Mengutip Kompas.com, Iran pun mengancam akan membalas, termasuk dengan menutup Selat Hormuz, jalur laut penting tempat seperlima minyak dunia lewat setiap harinya.

Diketahui setiap hari, lebih dari 20 juta barel minyak mentah melewati selat ini.

Minyak itu berasal dari negara-negara seperti Arab Saudi, Kuwait, UEA, Irak, dan Iran sendiri, lalu dikirim ke Asia, Eropa, dan Amerika.

Meski belum ada blokade resmi di Selat Hormuz, namun ancaman penutupan itu sudah cukup membuat pasar panik.

Jika selat itu ditutup, maka jutaan barel minyak tidak bisa dikirim ke negara-negara pembeli seperti Tiongkok, India, Jepang, dan negara-negara Eropa.

Akibatnya, pasokan menjadi terbatas, sedangkan permintaan tetap tinggi hal inilah yang membuat harga minyak melonjak.

Selain itu lonjakan harga energi akan menimbulkan inflasi tinggi, mengganggu stabilitas ekonomi global, dan memicu gejolak pasar keuangan.

Bursa saham dunia diprediksi mengalami tekanan besar, sementara nilai tukar negara berkembang bisa melemah akibat sentimen negatif investor.

Perusahaan pelayaran internasional kemungkinan akan mengalihkan rute atau menunda pengiriman, memperparah gangguan pada rantai pasokan global.

“Selat Hormuz adalah leher botol sistem energi global. Jika ditutup, efeknya akan langsung terasa di pom bensin dari Jakarta hingga London,” ujar James Martens, analis energi dari Global Risk Insights.

Sekadar info, JPMorgan merilis proyeksi, dalam skenario terburuk, harga minyak bisa melonjak hingga mendekati USD 130 per barel.

Harga minyak mentah itu antara Rp 1,9 juta hingga Rp 2,1 juta jika disetarakan dengan kurs rupiah saat ini yakni (Rp 16.200 per dolar AS).

"Harga minyak akan naik," ujar Mark Spindel, analis dari Potomac River Capital.

Editor : Panji Nugraha

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa