GridOto.com - Nissan melaporkan kerugian bersih senilai 670,9 miliar Yen atau setara Rp 76,5 triliun (kurs 1 Yen = Rp 113,98 per 24 Mei 2025) untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2025.
Karena hal tersebut, Nissan membuat rencana pemulihan yang diberi nama Re:Nissan, yang menargetkan total penghematan biaya sebesar 500 miliar Yen atau sekitar Rp 57 triliun.
Diumumkan selama laporan pendapatan kuartal terbaru Nissan pada 13 Mei 2025 lalu, rencana ini dipimpin oleh Presiden dan CEO Nissan, Ivan Espinosa.
"Dalam menghadapi kinerja tahun fiskal 2024 yang menantang dan kenaikan biaya variabel, yang diperparah oleh lingkungan yang tidak pasti, kita harus memprioritaskan peningkatan diri dengan urgensi dan kecepatan yang lebih besar, bertujuan untuk profitabilitas yang tidak terlalu bergantung pada volume," jelas Espinosa dalam keterangannya (13/5/2025).
Pihaknya akan melakukan pendekatan yang bijaksana untuk menilai kembali target perusahaan dan secara aktif mencari setiap peluang untuk menerapkan dan memastikan pemulihan yang kuat.
"Re:Nissan adalah rencana pemulihan berbasis tindakan yang dengan jelas menguraikan apa yang perlu kita lakukan sekarang. Semua karyawan berkomitmen untuk bekerja sama sebagai tim untuk melaksanakan rencana ini, dengan tujuan kembali meraih profitabilitas pada tahun fiskal 2026," jelasnya.
Produsen asal Jepang ini berharap ini akan cukup untuk kembali meraih profitabilitas dan menghasilkan arus kas positif pada tahun fiskal 2026.
Untuk mencapai tujuannya, sejumlah langkah-langkah penghematan biaya akan dilakukan dalam cakupan luas dan akan menargetkan beberapa area bisnis.
Pertama, Nissan akan melakukan PHK terhadap 20.000 pekerja di seluruh jaringan globalnya, yang mencakup peran langsung, tidak langsung, dan kontraktual.
Baca Juga: Kangen Nissan March? Sekarang Jadi Mobil Listrik, Begini Speknya
Kemudian, perusahan berupaya untuk mengurangi biaya rata-rata per jam tenaga kerjanya sebesar 20 persen dan memangkas kompleksitas suku cadang sebesar 70 persen.
Selain itu, produsen mobil Jepang ini berencana untuk mengurangi jumlah platform yang digunakannya dari 13 menjadi 7 pada tahun fiskal 2035.
Mereka juga bertujuan untuk mempersingkat waktu pengembangan (Research and Development) untuk model-model yang akan meluncur.
Sebelumnya, pengembangan model baru membutuhkan waktu setidaknya 4 tahun, namun dalam rencana Re:Nissan, dipangkas menjadi 30-37 bulan saja.
Beberapa model baru Nissan tersebut yang masih dalam pengembangan adalah Skyline generasi mendatang, SUV global segmen C, dan Compact SUV dari brand Infiniti.
Nissan juga akan menutup 7 dari 17 pabrik produksinya pada tahun fiskal 2027 dan telah membatalkan rencana pembangunan pabrik baterai litium-besi fosfat di Kyushu, Jepang.
Perubahan tidak berhenti di situ, perusahaan ini turut melakukan relokasi pada 3.000 karyawannya untuk fokus pada inisiatif pengurangan biaya.
Nissan juga memperkenalkan model tata kelola baru, termasuk kantor khusus yang diisi oleh 300 ahli yang ditugaskan semata-mata untuk membuat keputusan terkait biaya.
Dalam hal produk, Nissan ingin menyesuaikan strateginya dengan kebutuhan spesifik pasar yang berbeda.
Perusahaan ini sangat berfokus pada Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Eropa, Timur Tengah, dan Meksiko.
Di pasar Amerika Serikat, perusahaan akan memfokuskan penjualan pada model hibrida dan perombakan merek Infiniti.
Sementara itu, di Tiongkok, Nissan berencana untuk terus maju dengan NEV (New Energy Vehicle).
Lalu di Eropa, merek ini akan menargetkan SUV segmen B dan C. Sementara di Timur Tengah, penjualan Big SUV masih menjadi prioritas.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR