"Pilihan ini didukung oleh group, yang berharap mengurangi risiko finansial terkait F1, meskipun belum ada studi serius untuk mempelajari dampak pada penjualan masa depan dan nama brand," begitu pernyataan dari CSE, dikutip dari Autosport Oktober lalu.
Hengkangnya Renault dari pertempuran mesin F1 cukup disayangkan mengingat pabrikan tersebut memiliki banyak catatan kemenangan dengan tim pabrikan dan Red Bull Racing pada awal dekade 2000.
Baca Juga: Renault Grand Koleos, Ternyata Punya Kembaran Mobil Asal Cina
Berselang dua bulan dari keputusan 'tutup toko' Viry, Renault berhadapan badai baru dalam bentuk mendekatnya Nissan dan Honda.
Dekatnya Nissan dan Honda berbuah pada Memorandum of Understanding (MoU) yang melanjutkan integrasi bisnis antara keduanya.
Pada penandatanganan MoU tersebut, Mitsubishi Motors turut berpartisipasi dan mempertimbangkan untuk masuk dalam integrasi tersebut.
Tentunya dengan kerjasama ini, Renault berpotensi ditinggal sendiri oleh Nissan dan Mitsubishi dan membubarkan aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi.
"Sebagai pemegang saham utama Nissan, Renault Group akan mempertimbangkan semua pilihan berdasarkan apa yang terbaik untuk grup dan stakeholder," begitu pernyataan resmi Renault.
Dengan dua drama tersebut, Renault Group mesti bersiap menghadapi turbulensi signifikan dari segi nama brand dan pengembangan mobil di 2025.
| Editor | : | Trybowo Laksono |
KOMENTAR