Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

David Tanugraha, Milenial Indonesia yang Kerjanya Ngetes Mobil Prototipe Toyota dan Mendesain Charger Mobil Listrik di Eropa

Muhammad Rizqi Pradana - Minggu, 27 Desember 2020 | 18:40 WIB
Kenalan sama David Tanugraha, milenial Indonesia yang kerjanya ngetes mobil prototipe Toyota dan mendesain charger mobil listrik di Eropa.
Istimewa
Kenalan sama David Tanugraha, milenial Indonesia yang kerjanya ngetes mobil prototipe Toyota dan mendesain charger mobil listrik di Eropa.

GridOto.com - Belajar dan akhirnya bekerja di luar negeri menjadi mimpi banyak orang di Indonesia.

Tidak terkecuali bagi David Tanugraha, milenial Tanah Air dari Bekasi, Jawa Barat yang berhasil meniti karir di pabrikan mobil Toyota dan kini berkarir di produsen fasilitas charging kendaraan listrik kenamaan ABB di Eropa.

Keinginan Daivd untuk belajar di luar negeri pertama muncul kala masih duduk di bangku SMA, saat ia dan keluarganya sedang berlibur di Eropa.

Sepulangnya, ia pun mempersiapkan diri sebaik mungkin sambil mencari program beasiswa sebelum akhirnya diterima di Fontys University of Applied Sciences, Eindhoven, Belanda pada 2011 silam.

Baca Juga: Toyota Fortuner Sabet Big SUV Terbaik Gridoto Award 2020, Harga Bekasnya Berapaan Sih Saat Ini?

”Setelah dibandingkan, kuliah di Belanda bisa lebih murah daripada Australia dan Amerika Serikat. Bahasa pengantarnya juga hanya bahasa Inggris, jadi tidak terlalu khawatir kalau kurang lancar bahasa Belanda,” ujarnya kepada GridOto.com melalui sambungan telepon (26/12/2020).

Seperti para mahasiswa pada umumnya, David pun menyebar lamaran kerja ke banyak perusahaan setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan Teknik Listrik dan Elektronika.

“Dari semua perusahaan yang aku apply, Toyota jadi perusahaan yang pertama ngontak balik. Padahal awalnya gak ada rencana mau ke otomotif,” kenang David.

“Tapi karena kontraknya bagus, kerjaannya menarik, dan Toyota sendiri adalah perusahaan bagus jadi aku ambil dan pindah negara deh ke sebelah,” imbuhnya sambil tertawa.

Baca Juga: Modifikasi Toyota Estima Dandan Simpel dan Sporty Pakai Body Kit Rowen

Tepatnya ke Brussel, Belgia, dimana kantor pusat milik Toyota Motor Europe (TME) NV/SA berada.

Di Toyota, ia bekerja di bagian Research and Development sebagai Testing Engineer di bagian sertifikasi mobil prototipe atau pra-produksi.

“Untuk bisa masuk produksi, mobil prototipe tadi perlu lewat proses sertifikasi berdasarkan segala macam testing. Mulai dari tes internal-nya Toyota hingga testing eksternal tergantung regulasi negaranya,” jelas pria yang hobi travelling itu.

Selama bekerja di TME, rasa ketertarikannya terhadap dunia otomotif pun mulai terbangun karena sering mencoba bermacam mobil terbaru dari Toyota dan Lexus.

David saat mengetes emisi radioaktif dari perangkan kelistrikan mobil protipe Toyota.
Istimewa
David saat mengetes emisi radioaktif dari perangkan kelistrikan mobil protipe Toyota.

Ia pun terus menimba pengetahuan dan informasi mengenai industri otomotif, terutama di Eropa,

“Apalagi tentang mobil listrik atau electric vehicle (EV), yang di Eropa sedang pesat sekali perkembangannya,” jelas pria berusia 27 tahun itu.

Tempatnya menimba ilmu sendiri yaitu Belanda merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan infrastruktur pengisian kendaraan listrik tertinggi di Eropa.

Hal tersebut akhirnya menjadi jalan David untuk berkarir di ABB Belanda, produsen fasilitas charging kendaraan listrik yang turut menyumbang pertumbuhan tersebut. 

 Baca Juga: ABB Indonesia Siap Mendukung Industri Kendaraan Listrik Nasional

“Saya dikontak recruiter ABB November tahun lalu, setelah aku baca job desk-nya dan ternyata kerjaannya menarik, akhirnya saya balik lagi ke Belanda untuk pindah ke sana,” jelas David.

Di ABB Belanda, pria yang juga hobi PC Gaming itu menjabat sebagai Project Manager EV Charging Infrastructure.

“Di ABB itu kami bikin infrastruktur untuk electric vehicle charging dengan fokus di high power charging yaitu charging mobil listrik dengan daya charger 20 sampai 450 kWh,” tukasnya.

“Biasanya di pangkalan-pangkalan bus karena di Eropa sudah sudah banyak negara yang pakai bus listrik, tapi sering juga buat fasilitas untuk charging mobil listrik biasa” imbuh pria yang sekarang sedang berusaha menamatkan video game Cyberpunk 2077 itu.

Salah satu kerjaan David di ABB mendesain pembagian daya listrik agar terbagi rata ke masing-masing charger.
Istimewa
Salah satu kerjaan David di ABB mendesain pembagian daya listrik agar terbagi rata ke masing-masing charger.

Baca Juga: Charging Station ABB untuk Baterai Mobil Listrik, Fiturnya Banyak

Meskipun sudah tidak bekerja di pabrikan mobil lagi, David mengaku ketertarikannya terhadap dunia otomotif malah semakin bertambah terutama terkait kendaraan listrik.

Apalagi saat bekerja di ABB, ia tetap berkesempatan untuk mencoba mobil-mobil listrik dari para pabrikan ternama.

“Tesla Model S dan Model 3 pernah saya cobain, dan yang paling baru itu Porsche Taycan, jadi ya keren juga sih ngerasanya,” ucapnya disusul gelak tawa.

Meskipun begitu, ia mengaku belum tertarik untuk memiliki mobil listrik maupun kendaraan pribadi secara umum.

Baca Juga: Rencana Investasi Pembangunan Pabrik Baterai Tesla di Indonesia Berlanjut, Elon Musk Bakal Kirim Tim Khusus Tahun Depan!

Alasannya, transportasi umum Eropa yang sudah terintegrasi dengan baik membuat prospek kepemilikan transportasi pribadi kurang menarik baginya bila hanya untuk sekedar bepergian.

“Tapi kalau ada kesempatan dan ada mobil yang menarik banget sih pasti mau lah punya untuk santai,” akunya.

Ia menyebutkan, ada tiga mobil yang menurutnya sangat menarik jika berada dalam kesempatan tersebut.

“Kalau uang gak jadi masalah sih saya pengen Porsche Taycan karena itu mobil emang keren banget, tapi ya mahal,” tawanya.

Porsche Taycan, salah satu mobil impian David.
Drivetribe
Porsche Taycan, salah satu mobil impian David.

Baca Juga: Sinyal Kuat Toyota untuk Produksi Mobil Hybrid Secara Lokal di 2022 Mendatang

“Kalau yang lebih masuk akal, aku suka sih sama Toyota Corolla Hybrid atau Toyota RAV4 Hybrid yang baru,” sambung David.

Alasannya, ia tidak perlu terlalu memikirkan jarak tempuh jika mengendarai mobil hybrid atau PHEV.

“Meskipun infrastruktur charging juga makin banyak, tapi charging mobil listrik pakai charger tegangan tinggi pun tetap butuh waktu maksimal 15 menit,”

“Tapi kalau nantinya kendaraan listrik murni (BEV) bisa isi ulang daya listrik secepat kita sekarang isi bensin, mungkin beda ceritanya,” pungkasnya.

Editor : Hendra

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa