Miris, Bukit Berbau Busuk Muncul di Kolong Tol Wiyoto Wiyono

Irsyaad W - Senin, 10 November 2025 | 10:20 WIB

Bukit sampah di kolong tol Wiyoto Wiyono wilayah RT 06 RW 05, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Irsyaad W - )

GridOto.com - Pemandangan miris tampak di kolong tol Wiyoto Wiyono, Jakarta Utara.

Tepatnya di RT 06 RW 05, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Di sana, di kolong tol tersebut muncul bukit berbau busuk alias tumpukan sampah liar yang menggunung.

Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar itu bahkan dijuluki warga sekitar sebagai Bantar Gebang Mini

"Iya ini anaknya Bantar Gebang atau Bantar Gebang mini," tutur Ketua RT 06, RW 05, Ridwan (57), saat diwawancarai di lokasi, (6/11/25) mengutip Kompas.com.

Pengamatan di lokasi, kolong tol tersebut berada di tengah-tengah perumahan warga.

Selain itu, berjarak sekitar 20 meter terdapat masjid, sedangkan 50 meter ke depan dari kolong tol terdapat SMK Kirana.

Baca Juga: Kolong Tol BSD Mencekam, Ditemukan Mayat Manusia Sudah Jadi Tulang Belulang

Sampah-sampah itu menumpuk di sepanjang 200 meter dengan ketinggian sekitar empat meter yang hampir mencapai beton Tol Wiyoto Wiyono yang berada persis di atasnya.

Berbagai jenis sampah ada di kolong tol tersebut, mulai dari sampah bekas makanan, plastik, sterofoam, papan, kasur, besi, dan sebagainya.

Lalu, sampah-sampah di lokasi ini sudah bercampur dengan air, sehingga membuat tanah di bawahnya sudah becek.

Ridwan mengatakan, kolong tol di Sungai Bambu tersebut memang sudah dijadikan sebagai TPS liar sejak puluhan tahun lalu.

Namun, sebelumnya hanya warga di sekitar Sungai Bambu yang membuang sampah di lokasi ini.

Tapi, seiring berjalannya waktu, karena beberapa TPS di sekitar Tanjung Priok ada yang ditutup, sehingga warga dari Kelurahan Kebon Bawang, Warakas, dan Papanggo, ikut membuangnya ke kolong tol.

"Kayak di Papanggo TPS-nya ditutup, jadi buangnya ke sini. Jadi kayak kekurangan TPS," sambung Ridwan.

Baca Juga: Mirip Bantar Gebang, Jalan di Penggilingan Cakung Jaktim Ini Jadi Gunung Sampah Menjijikan

Ridwan mengaku, menggunungnya sampah di lokasi ini disebabkan karena armada yang datang untuk melakukan pengangkutan tidak sesuai dengan volume sampah.

"Rutin diangkut, tapi tidak sesuai dengan volume. Harusnya 11 truk, kadang kurang dari 11, bahkan yang datang kadang cuma dua atau tiga, dengan volume sampah seperti ini enggak akan habis," jelas Ridwan.

Penjaga TPS bernama Suyitno (58) mengatakan, awalnya Suku Dinas Lingkungan Hidup (Sudin LH) Jakarta Utara menjanjikan akan ada 11 truk sampah yang melakukan pengangkutan setiap hari apabila warga yang biasa membuang di Waduk Cicin (Wacin) dialihkan ke kolong tol.

"Awalnya, TPS di Waduk Cincin (Wacin) ditutup selama dua bulan, terus diarahkan lah dari beberapa kelurahan buang ke sini, Kasatpel menjanjikan akan ada 11 mobil setiap harinya untuk dimuat, tapi nyatanya sampai saat ini paling banyak itu dimuat enam sampai delapan mobil," ungkap Suyitno.

Suyitno bilang, bau sampah tersebut berdampak ke beberapa RW yang ada di Sungai Bambu, terutama jika terkena angin.

"Baunya sudah sampai RT 6, RT 7, RT 5, RT 4," ungkap dia.

Bau sampah akan semakin terasa ketika terkena angin atau hujan tiba. Bahkan, aroma busuk tersebut sampai menganggu aktivitas di rumah ibadah.

Baca Juga: 400 Lembar Pelat Besi Kolong Tol Dekat JIS Dicolong, Pengelola Bakal Ganti Pakai Ini

"Kalau kena angin baunya kemana-mana apalagi sampai ke rumah ibadah cuma berapa meter," tutur dia.

Salah satu warga bernama Umar (65) juga mengaku, tak keberatan apabila kolong tol tersebut dijadikan sebagai TPS, asalkan sampahnya diangkut secara rutin.

"Tapi, kalau menumpuk kayak gini terganggu kadang baunya sampai ke musolah menganggu orang lagi ibadah," ujar Umar.

Bahkan, kata Umar, aroma sampah itu tercium hingga ke rumahnya yang berjarak 200 meter dari TPS.

Warga pun sudah berkali-kali protes ke pemangku wilayah, bahkan melalui aplikasi JAKI, tapi tak kunjung mendapatkan tindak lanjut hingga hari ini.

Dikonfirmasi, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (Kasudin LH) Jakarta Utara Edy Mulyanto menyebut, kebiasaan warga membuang sampah di kolong tol tersebut sudah terjadi selama bertahun-tahun.

Namun, belakangan ini volume sampah di Kolong Tol Sungai Bambu memang meningkat karena TPS di Waduk Cincin sedang dibangun.

"Ini sementara karena lagi dibangun TPS kita di Waduk Cincin jadi untuk sementara mereka dikumpulin di Kirana salah satunya," ujar Edy, (4/11/25).

Edy juga menargetkan, pembangunan TPS di Waduk Cicin akan segera selesai di tahun ini agar beban sampah di kolong tol bisa terbagi nantinya.

Lalu, Edy berjanji akan segera menindaklanjuti tumpukan sampah tersebut akan dibersihkan dalam dua hingga tiga hari ke depan.

Kemudian, Edy juga terus berusaha untuk membangun TPS-TPS baru yang memang ramah lingkungan dan tidak bisa dibangun secara sembarangan.

Edy juga menjelaskan, bahwa lokasi TPS di dekat perumahan warga itu ditentukan oleh pihak RW dan lurah setempat.

"Karena yang menentukan lokasi TPS itu adalah musyawarah pihak RW dengan lurah, kami siap untuk menjemput, jadi tugas LH mengambil sampah di TPS-TPS yang lokasinya sudah ditentukan oleh lurah, kami jemput dengan armada," ungkap dia.

Edy juga memastikan, jumlah armada truk pengangkut sampah yang dimiliki Dinas LH Jakarta Utara cukup.

Baca Juga: Mas Riko Syok, Buang Sampah Nemu Jasad Membusuk dan Honda Scoopy di Sungai Kering

"Sejauh ini, Insyaallah untuk armadanya tidak kekurangan kalau memang tidak ada tempat pembuangan sampah liar seperti itu," ungkap Edy.

Dalam waktu dekat, Edy juga akan mengerahkan semua truk dari setiap kecamatan untuk mengangkut sampah di Kolong Tol Jalan Sungai Bambu tersebut.

Dengan begitu diharapkan, tumpukan sampah di kolong tol bisa berkurang dan dibawa ke Bantar Gebang dalam waktu kurang lebih dua hingga tiga hari.

Sebagai tambahan, bertumpuknya sampah di kolong tol tentu saja akan mendatangkan dampak buruk bagi lingkungan sekitar.

Apalagi TPS liar tersebut berdekatan dengan perumahan warga dan juga sekolah.

"Yang jelas pertama dampak dari TPS liar ini adalah bau nomor satu pasti menganggu anak sekolah, bahkan warga yang membuang sampah itu sendiri terganggu juga," ucap Pakar Lingkungan dari Universitas Indonesia, Mahawan Karuniasa dilansir dari Kompas.com

Mahawan bilang, kualitas udara di sekitar TPS juga akan terganggu karena bau busuk yang dikeluarkan oleh tumpukan sampah tersebut.

Tak hanya bau, dampak buruk lainnya adalah berpotensi menimbulkan penyakit untuk warga yang tinggal dekat dengan TPS liar tersebut.

"Jadi ada gangguan kualitas udara karena ada bau itu. Kemudian, paling penting adalah berpotensi menimbulkan banyak penyakit gatal-gatal dan seterusnya," tutur dia.

Jika hal tersebut terus terjadi dan tidak segera diatasi, Mahawan menilai, kualitas hidup warga di sekitar TPS pun akan menurun.