Ia mengaku dulunya sempat menolak memakai kendaraan listrik, namun kini justru menjadi pengguna EV.
Menurutnya, dengan semakin banyaknya produsen yang memproduksi EV secara massal, maka nilai jual kembali kendaraan ini akan ikut terbentuk di masa depan.
Doxa juga menyebutkan bahwa salah satu alasan lambatnya perputaran mobil listrik di lelang adalah keraguan dari showroom mobil bekas.
Pasar kendaraan listrik bekas masih dianggap belum jelas sehingga membuat pelaku usaha ragu-ragu untuk menyerap unit.
“Showroom ragu karena market-nya belum terbentuk. Tapi saya percaya dalam enam tahun ke depan kondisinya bisa berubah, apalagi jika pemerintah konsisten memberi insentif dan mendukung ekosistem EV,” ujarnya.
Saat ini, mayoritas pembeli mobil listrik di IBID berasal dari kalangan perorangan, bukan showroom.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi IBID yang selama ini masih didominasi konsumen dari jaringan showroom, yakni sekitar 80-85 persen.
Menurut Doxa, konsumen perorangan cenderung lebih berani dalam membeli EV karena tidak terlalu memikirkan nilai jual kembali.
“Sampai sekarang, ada sekitar delapan unit BZ4X yang belum laku, padahal sudah hampir tiga minggu di pool,” katanya.
Jika dibandingkan dengan segmen lain, Doxa mengakui mobil seperti Avanza, Xenia, serta berbagai model LCGC jauh lebih cepat terjual.
"Biasanya unit-unit dari segmen tersebut bisa berpindah tangan hanya dalam waktu satu hingga dua minggu, berbeda dengan mobil listrik yang bisa bertahan hingga dua bulan jika tidak kunjung laku dalam beberapa kali proses lelang," pungkasnya.