Dikutip dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales turun sebesar 4,7% menjadi 205.160 unit dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Bahkan penjualan mobil secara retail mengalami koreksi lebih dalam, yakni sebesar 8,9% menjadi 210.483 unit.
Padahal biasanya pada momen Ramadan dan Lebaran, penjualan mobil mengalami kenaikan, namun tren ini di tahun 2025 tidak terjadi.
Melemahnya daya beli masyarakat akibat inflasi dan tingginya suku bunga, serta kekhawatiran terhadap kebijakan perpajakan seperti opsen pajak daerah menjadi faktor utama.
Seperti yang disampaikan oleh Jongkie Sugiato dikutip dari rilis Seva (01/05),"proyeksi penjualan mobil nasional tahun ini berada di kisaran 800.000 hingga 900.000 unit,".
Proyeksi ini juga akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro dan arah kebijakan fiskal pemerintah, khususnya di sektor otomotif.
Di daftar mobil terlaris selama Maret 2025, Toyota Kijang Innova menempati posisi pertama dengan 5.353 unit, disusul oleh Toyota Avanza (5.069 unit) dan Daihatsu Sigra (4.309 unit).
Produk dari Jepang masih mendominasi, meskipun produsen asal China mulai memperoleh perhatian lebih dari konsumen dalam negeri.
GELIAT SEGMEN KENDARAAN LISTRIK
Sementara itu, segmen kendaraan listrik mulai menunjukkan geliat positif, karena ada campur tangang pemerintah.
Pemerintah mengeluarkan insentif berupa Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar 10% untuk mobil listrik berbasis baterai dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40%, dan 5% untuk TKDN 20–40%.
Diharapkan kebijakan ini dapat meningkatkan penetrasi pasar kendaraan ramah lingkungan di Indonesia.
Baca Juga: Strategi Seva Di Tengah Penjual Mobil Lesu, Lakukan Trik Ini di 2025