"Makanya, temen-temen sopir pada komplain. Kok kayak gini, jadi tersiksa. Waktunya rame kok malah dicegat (diliburkan), padahal duitnya aja dipotong," imbuhnya.
Awalnya, Ade mendukung kebijakan Dedi Mulyadi yang meliburkan angkot untuk mencegah kemacetan.
Namun, kini ia merasa kebijakan tersebut justru merugikan sopir angkot, meskipun ada uang kompensasi.
"Momen libur Lebaran adalah ladang rezeki bagi para sopir angkot. Uang yang dihasilkan selama libur Lebaran bisa menghidupi keluarga," jelasnya.
"Kita mau diliburkan, tapi uang (kompensasi) harusnya tetep utuh, jangan dipotong-potong. Udah mah dicegat enggak boleh narik, duit bantuannya dipotong pula, kita nggak ikhlaslah. Berapa unit totalnya, bisa sampai puluhan juta itu kalau dikumpulin," tambah Ade.
Baca Juga: Sopir Angkot Sukabumi Minta Jam Kerja Ojol Dibatasi, Dishub Bilang Begini
Sebagai bentuk protes, Ade mengaku akan tetap beroperasi sesuai rute bersama rekan-rekannya.
"Kita tetep narik lah, bodo amat mau melanggar. Duit bantuannya aja dipotong per-orang," pungkasnya.
Cerita lain disampaikan Wen (56) yang mengungkapkan kronologi pemotongan uang kompensasi dari Dedi Mulyadi tersebut.
Menurut Wen, para sopir datang ke lokasi, (27/3/25) tanpa adanya pemberitahuan bahwa angkot akan diliburkan selama masa libur Lebaran 2025.