Bicara Netralitas Karbon, Mitsubishi Bilang Hybrid Bisa Lebih Baik dari Mobil Listrik

Naufal Shafly - Senin, 30 Oktober 2023 | 07:45 WIB

Ilustrasi Mitsubishi Outlander PHEV (Naufal Shafly - )

GridOto.com - Peredaran mobil listrik saat ini kian masif, terbukti dengan banyaknya unit yang beredar di jalan.

Namun, ada beberapa pabrikan besar yang belum meluncurkan mobil listrik mereka di Indonesia, salah satunya adalah Mitsubishi Motors.

Sejauh ini, Mitsubishi Motors Company (MMC) lebih banyak bermain di segmen plug-in hybrid (PHEV) ketimbang mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV).

Untuk segmen PHEV, Mitsubishi Motors di Jepang memiliki Outlander PHEV dan Eclipse Cross PHEV.

Sementara, untuk BEV Mitsubishi Motors hanya punya satu model yakni Ek X EV.

Lantas, mengapa Mitsubishi Motors lebih banyak bermain di segmen PHEV ketimbang BEV?

Menurut Hiroshi Nagaoka selaku Executive Vice President MMC, hilir dari elektrifikasi kendaraan adalah netralitas karbon.

Oleh sebab itu, ia berpendapat di beberapa jenis kendaraan teknologi PHEV bisa menghasilkan netralitas karbon lebih baik ketimbang BEV.

"Ada beberapa ukuran untuk menghitung netralitas karbon, salah satunya adalah assessment untuk ‘lifecycle’. Ini mencakup semua assessmnet CO2 dari memproduksi baterai, mobil, dan akhirnya membuang mobil tersebut," ucap Nagaoka di Japan Mobility Show (JMS) beberapa hari lalu.

Untuk membuat baterai dengan kapasitas yang besar, maka dibutuhkan juga energi lebih besar dalam proses produksinya.

Baca Juga: Kabar Terbaru Mobil Listrik Mitsubishi Ek X EV, Launching di Indonesia Bisa Dipercepat

"Itu berarti (saat produksi) mengkonsumsi lebih banyak CO2. Inilah masalahnya, berapa banyak listrik yang akan digunakan dan apakah listrik tersebut berasal dari sumber daya yang berkelanjutan atau tidak?" ucapnya.

Ia menambahkan, energi listrik di Jepang dan Indonesia dihasilkan dari minyak serta batu bara.

"Proses tersebut menghasilkan CO2 yang tinggi. Dalam hal ini, baterai besar sebenarnya bisa berdampak lebih buruk daripada ICE," ujarnya beropini.

Dengan asumsi seperti itu, Nagaoka menilai mobil dengan baterai kecil (hybrid atau plug-in hybrid) secara keseluruhan bisa menghasilkan CO2 lebih sedikit.

"Kami segera menghadirkan BEV yang sangat kecil di Indonesia. Tetapi untuk mobil (berukuran) besar, lebih baik memulai dari HEV," tutupnya.