KPBB Prediksi Kendaraan Listrik Bisa Bawa Manfaat Ekonomi Hingga Triliunan Rupiah pada 2030 Mendatang

Muhammad Mavellyno Vedhitya - Selasa, 27 April 2021 | 20:35 WIB

Hyundai IONIQ Electric (Muhammad Mavellyno Vedhitya - )

GridOto.com - Komite Penghapusan Bensin Berimbal (KPBB) meyakini perkembangan kendaraan listrik di Indonesia akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Hal ini sesuai dengan Paris Agreement yang memandatkan menjaga temperature global dengan menetapkan NZE dan membatasi emisi GHG (NDC), serta memerlukan metodologi dan teknologi.

"Untuk sektor transportasi, perlunya adopsi kendaraan rendah karbon atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV) seperti kendaraan listrik," ujar Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB saat diskusi virtual, pada Selasa (27/4/2021).

Menurut pria yang akrab disapa Puput ini, negara-negara yang paling siap dengan low carbon products maupun services akan mendomonasi perdagangan internasional di masa mendatang.

Baca Juga: KPBB Sebut Pemotongan Tarif PPnBM Untuk Pembelian Mobil Baru Tidak Logis dan Tidak Akan Efektif

"Keterlambatan adopsi LCEV, akan berdampak pada ketahanan nasional. Selain itu, dampak lainnya adalah keunggulan kompetitif kendaraan, pencemaran udara (co-benefit air quality improvement), dampak Kesehatan, pemborosan BBM/energy dan kegagalan berkontribusi pada penurunan emisi GHGs," sebut Puput.

Untuk itu, Puput mengatakan kalau trend powertrain technology kendaraan bermotor akan bergeser ke kendaraan listrik.

Hal ini akan terus meningkat dan mendominasi dengan total penjualan kendaraan listrik, yang ia prediksi telah melampaui Internal Combustion Engine (ICE) mulai 2032.

Meski begitu, saat ini LEV dan LCEV belum menjadi kebutuhan untuk menciptakan keunggulan kompetitif di sektor otomotif.

Baca Juga: Standar Emisi Kendaraan Diperketat Justru Bisa Bantu Selamatkan Industri Otomotif, Ini Kata KPPB

Berdasarkan data yang Puput kumpulkan, mengadopsi kendaraan rendah emisi berupa kendaraan listrik diprediksi dapat mendatangkan manfaat ekonomi mencapai Rp 9.603 triliun pada 2030.

Selain itu, hal tersebut juga dapat memposisikan Indonesia lepas dari ketergantungan pada impor kendaraan.

"Pemerintah harus fokus untuk menyelesaikan roadmap LEV/LCEV sub-sector road transportation guna mencapai penurunan CO2 termasuk set up jadwal NZE pada 2045," tutupnya.