Dianggap Biang Kecelakaan dan Rusaknya Jalan, Jelang Akhir Tahun Jasa Marga akan Tindak Tegas Truk Odol

M. Adam Samudra - Rabu, 16 Desember 2020 | 07:41 WIB

Manajer Traffic Jasamarga Tollroad operator ruas semarang ABC, Ferza Gauthama memantau jalannya operasi ODOL di ruas jalan tol Muktiharjo Km 437+500 seksi C ,Rabu (26/2/2020). (M. Adam Samudra - )

GridOto.com - Jelang libur akhir tahun, PT Jasa Marga dan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, akan menindak tegas kendaraan Over Dimension Over Load (Odol) di Jalan Tol, Rabu (16/12/2020).

Kepala Umum Bagian Sekertariat BPJT, Mahbullah Nurdin, menjelaskan tujuan penegakan hukum terhadap odol ini adalah dalam rangka menegakan disiplin.

Mekanisme operasi Odol kali ini dimulai dengan penimbangan kendaraan angkutan barang di Parking Bay KM 18A.

Kendaraan yang melebihi 50 persen dari ketentuan berat yang diizikan akan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku dan ditunda perjalanannya di TIP KM19A.

Baca Juga: Kemenhub Larang Truk Gunakan Fasilitas Penyeberangan, Kok Bisa?

"Kalau kami perhatikan, kendaraan odol ini memberikan dampak negatif seperti memperlambat laju kendaraan lain, beresiko menyebabkan kecelakaan tabrak dari belakang dan mempercepat kerusakan jalan," kata Nurdin melalui keterangan tertulisnya, Rabu (16/12/2020).

Jasa Marga mencatat, sampai bulan Oktober 2020 sekitar 56 persen kecelakaan melibatkan kendaraan angkutan barang.

Meskipun persentase kendaraan non-golongan I yang melintasi jalan Tol Jakarta-Cikampek hanya sebesar 18,23 persen dari keseluruhan jenis kendaraan.

Dalam kesempatan yang sama, General Manager Representative Office 1 Jasa Marga Transjawa Tollroad, Widiyatmiko Nursejati, mengatakan bahwa operasi odol ini adalah agenda rutin yang dilakukan setiap bulan.

Ia menjelaskan bahwa pelanggaran terhadap odol di jalan tol masih cukup tinggi.

Baca Juga: Truk Odol Masih Berkeliaran di Jalan, Kemenhub Gunakan Sistem Transfer Muatan, Apa Itu?

Dimana pada tahun 2016, pelanggaran mencapai 61 persen, 2017 sebesar 68 persen,2018 sebesar 44 persen, 2019 sebesar 39 persen sd Maret 2020 sebesar 47 persen.

"Diharapkan operasi ini dapat menekan jumlah pelanggaran di jalan tol yang juga akan berdampak pada peningkatan kenyamanan pengguna jalan," bebernya.