Salut! Salah Satu Insinyur Sistem Autopilot Tesla Adalah Orang Indonesia, Cewek Kelahiran 1994 dengan Segudang Prestasi

Gayuh Satriyo Wibowo - Jumat, 4 Desember 2020 | 20:44 WIB

Ilustrasi sistem radar autopilot pada Tesla (Gayuh Satriyo Wibowo - )

GridOto.com - Seorang warga Indonesia menjadi salah satu Autopilot Software Engineer di parbikan mobil listrik ternama, Tesla. Namanya Moorissa Tjokro, gadis kelahiran 1994.

Di usianya yang masih 26 tahun, Moorissa Tjokro menjadi satu dari enam Autopilot Software Engineer Tesla dan bermarkas di California, Amerika Serikat.

Melansir Kompas.com yang mengutip VOA, Moorisa mengaku pekerjaannya mencakup penggarapan sistem otonom mobil listrik buatan Tesla.

Baca Juga: Pengembangan Masih Belum Selesai, Tesla Malah Pede Bisa Luncurkan Versi Penuh Software FSD Pada 2021

“Sebagai Autopilot Software Engineer, bagian-bagian yang kami lakukan, mencakup computer vision. Seperti bagaimana sih mobil itu melihat dan mendeteksi lingkungan di sekitar pengendara," ujarnya saat wawancara dengan VOA beberapa waktu lalu.

"Apa ada mobil di depannya? Ataukah tempat sampah di kanan? Dan juga, bagaimana mobil bisa bergerak atau yang kerap disebut control and behavior planning, untuk ke kanan, ke kiri, dan bermanuver dengan cara tertentu,” terangnya.

Terdengar mudah? Sepertinya enggak sama sekali ya sob.

dok. Moorissa Tjokro via VOA
Moorissa Tjokro bersama rekan kerjanya di Tesla
Ia juga menjelaskan, mengevaluasi perangkat lunak otonom Tesla sudah menjadi keseharian gadis manis yang pernah bersekolah di SMA Pelita Harapan ini.

“Kami pengin banget membuat sistem itu seaman mungkin. Jadi sebelum diluncurkan autopilot software-nya, kita selalu ada pengujian yang sangat ketat serta menghitung semua risiko-risiko agar komputernya bisa benar-benar aman untuk semuanya,” jelasnya.

Baca Juga: Ribuan Mobil Listrik Tesla Kena Recall di Amerika Serikat, Masalah Apa Lagi Nih?

Dengan tingkat ketelitian tinggi, tak heran Moorisa dan timnya harus bekerja ekstra untuk mendapatkan hasil terbaik.

Bahkan ia mengaku bekerja hingga 60 sampai 70 jam dalam seminggu. Lembur terus sob.

“Karena kita pengin mobilnya benar-benar kerja sendiri. Apalagi kalau di tikungan-tikungan. Bukan cuman di jalan tol, tapi juga di jalan-jalan yang biasa,” terang wanita yang sudah menetap di Amerika sejak 2011 ini.

Sekadar informasi, selepas bangku SMA, Moorisa melanjutkan studinya ke Amerika.

Baca Juga: Dari Jeep Willys hingga Tesla Model S, Inilah 10 Mobil Amerika Paling Populer dan Bersejarah

Ia meraih gelar sarjananya di Georgia Institute of Technology di bidang Industrial Engineering & Statistics dengan nilai summa cum laude.

Tak berhenti di situ, gadis yang hobi melukis ini menjutkan gelar doktornya di Columbia University dalam bidang Data Science dan lulus di tahun 2017.

Sebelum bekerja di Tesla, Moorisa juga pernah magang di NASA Goddard Institute.

Indonesia patut bangga. Perlu diacungi jempol nih sob. Salut!

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Moorissa Tjokro, Satu-satunya Gadis WNI Insinyur Autopilot Mobil Tesla"