Otojadul: Nostalgia si Oranye Metro Mini, Dari Sopir Ugal-ugalan hingga Jadi 'Battle Cruiser' Buat Dipakai Tawuran

Ditta Aditya Pratama - Kamis, 28 Mei 2020 | 20:57 WIB

Metro Mini tahun 1998 (Ditta Aditya Pratama - )

Pada tahun 1976 PT MetroMini didirikan bersamaan dengan Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) untuk menaungi 152 orang yang mengoperasikan 313 bus mini atas instruksi Gubernur Ali Sadikin.

Pada tahun 1980, bus-bus tua bagaikan roti ini kemudian diperbarui dengan bus-bus Toyota dan Mitsubishi.

Baca Juga: Otojadul: Belajar Nyetir Mobil, Diva Pop Indonesia Titi DJ Jadi Tikus dan Tabrak Pagar Rumah Tetangga

Nah di era 1980-an hingga 1990-an inilah yang jadi masa jaya MetroMini. Tarifnya yang murah dan rata untuk sekali jalan membuat bus ini menjadi andalan. Pada tahun 1982 tercatat tarif Metromini sebesar Rp. 100 per trayek sementara pelajar dikenakan Rp. 25.

Pada April 1996 tercatat tarif naik dari Rp. 300,- menjadi Rp. 400,- untuk umum, sementara pelajar Rp. 100,- harga pelajar ini bertahan sejak tahun 1990 tidak dinaikkan.

Memasuki tahun 2014 tarif menjadi Rp. 4.000 untuk umum dan Rp. 2.000 untuk pelajar dan pada tahun 2016 tarif turun menjadi Rp. 3.800,- kemudian Rp. 3,500,- untuk umum walaupun pada realitasnya di jalanan banyak pengemudi enggan menurunkan tarif.

Selain itu ada yang membuat MetroMini jadi bahan omongan karena kelakuan sopirnya yang kerap ugal-ugalan di jalanan.

Ilustrasi Metro Mini 610

Selain itu sopir pun bodoamat walau bus sudah overload sehingga kerap ditemui penumpang yang naik di atap hingga gelantungan di pintu. Yang penting setoran, Bos!

Kondisi bus juga banyak yang sebetulnya enggak layak dengan seringnya ditemui unit yang kacanya bolong-bolong, panel instrumen yang enggak berfungsi, hingga sumber polusi dengan asapnya yang hitam pekat.