PSBB Bikin Omzet Pengusaha Aftermarket Tersisa 20 Persen, Penjualan di Daerah Jadi Tumpuan

Wisnu Andebar - Minggu, 10 Mei 2020 | 17:30 WIB

Ilustrasi. Wiper Merek PIAA. (Wisnu Andebar - )

GridOto.com - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat para pelaku industri aftermarket, khususnya suku cadang dan variasi mobil kehilangan banyak omzet.

Suhendra Hanafiah, Operation Manager PT Sarana Berkat sekaligus Wasekjen Gabungan Aftermarket Otomotif Indonesia (GATOMI), memprediksi penjualannya di Mei 2020 hanya tersisa 20 persen jika dibandingkan sebelum diterapkannya PSBB.

"Total untuk bulan Mei ini kami prediksi tinggal sekitar 20 persen," kata Hendra dalam acara Ngobrol Virtua (NGOVI) yang digelar OTOMOTIF Group, pada Sabtu (9/5/2020).

Ia mengungkapkan, penjualannya saat ini hanya mengandalkan di daerah-daerah lainnya yang belum menerapkan PSBB.

Baca Juga: Meskipun Stok Menumpuk, Dua Pengusaha Aftermarket Ini Ogah ‘Cuci Gudang,’ Ini Alasannya!

Wisnu/GridOto.com
Suhendra Hanafiah, Operation Manager PT Sarana Berkat (distributor brand Hella, PIAA, dan HKS di Indonesia), sekaligus Wasekjen Gabungan Aftermarket Otomotif Indonesia (GATOMI) dalam acara NGOVI

"Kami mencoba bertahan dengan mengandalkan toko di daerah yang mungkin tidak terdampak PSBB, sehingga masih bisa buka," ujar Hendra lagi.

"Omzet terbesar memang ada di Pulau Jawa, tapi kami coba dorong di daerah untuk bisa mencapai penjualan maksimal," sambungnya.

Selain mengandalkan penjualan di daerah, distributor brand Hella, PIAA, dan HKS ini juga menggencarkan penjualan via online.

Adapun produk yang dijual meliputi aki, brake pad, muffler, wiper, klakson, bohlam, dan foglamp.

Baca Juga: Edukasi Konsumen Melalui Platform Digital, Jadi Jurus Pengusaha Aftermarket Ini Selama Pandemi Covid-19

Dari beragam jenis produk tersebut, ada beberapa part yang penjualannya menurut Hendra masih terbilang bagus.

"Meski pergerakan orang terbatas, pasti masih ada yang menggunakan kendaraannya untuk beraktivitas, seperti aki itu termasuk fast moving, wiper juga pasti ganti, kemudian bohlam juga, penjualan di sektor itu bisa dibilang masih ada," tandasnya.

Ia menambahkan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga memaksanya untuk menaikkan harga.

"Saat ini memang harus menaikkan harga kurang lebih 5 sampai 15 persen," pungkasnya.