Anggaran Formula E di Jakarta Bisa Lebih Hemat dengan Marshal Lokal, Begini Penjelasannya

Muhammad Rizqi Pradana - Senin, 26 Agustus 2019 | 08:03 WIB

Tahun depan, Jakarta akan menjadi tuan rumah dari kegilaan balapan Formula E. (Muhammad Rizqi Pradana - )

GridOto.com - Siapa bilang untuk menggelar balapan Formula E cuma memakan biaya yang sedikit?

Mulai dari membayar commitment fee, membangun sirkuit, bahkan promosi, budget yang disiapkan Pemprov DKI Jakarta menurut kabar terakhir sudah tembus Rp 1,6 triliun.

Selain hal tersebut, Irawan Sucahyono, Desainer Sirkuit Non-permanen dan Penasehat Sirkuit Sentul mengatakan, ada satu hal lain yang dapat membuat biaya tersebut membengkak.

Hal tersebut adalah marshal, ungkap pria yang juga promotor balap kawakan Indonesia dalam percakapan santainya bersama GridOto.com di Jakarta Barat.

“Marshal itu orang-orang yang beroperasi di dalam trek, itu sebenarnya di bawah IMI secara administrasi, ini juga menyumbang cost yang sangat besar,” ujar Irawan.

(Baca Juga: Klasemen MotoGP 2019: Alex Rins Naik, Marc Marquez Penuhi Targetnya, Valentino Rossi Turun)

Twitter/F1
Para marshal membersihkan sirkuit sebelum FP3 F1 Hongaria dimulai

Ia mengatakan hal tersebut karena FIA akan membawa marshal dari Australia untuk mengawasi kondisi trek saat balapan FE di Jakarta nanti.

“Mereka akan bawa orang dari Australia, seperti di first event F1 Singapura, 300 orang didatangkan dari Australia untuk menjadi marshal,” jelasnya.

GridOto/Rizqi Pradana
Irawan Sucahyono. Persyaratan ini jadi tantangan buat Jakarta yang ingin menggelar balap Formula E

Hal tersebut karena marshal dari Australia diakreditasi Gold Member dari FIA, sehingga selain berhak untuk menyelenggarakan balapan F1, juga bisa men-training.

Tetapi ia mengatakan bahwa dari pihak penyelenggara bisa berusaha untuk menego pihak FIA agar memakai marshal dari Indonesia, tepatnya dari Sirkuit Sentul.

“Kalau masalah marshal di Indonesia kebetulan orang yang pernah ditraining, yang ngerti balap, itu hanya di Sentul. Pakai saja orang Sirkuit Sentul, akan jauh lebih hemat,” kata Irawan.

“Kita harus ngomong, 'kita bisa kok' kalau mau murah, kalau mau mahal ya nggak apa-apa datengin,” kekehnya.