GridOto - Toyota membuktikan kalau strategi mereka menghadapi tren mobil listrik dunia adalah benar.
Ketika banyak perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan beralih ke satu teknologi yakni mobil listrik, hal ini enggak sepenuhnya diikuti oleh Toyota.
Malah, mereka memilih strategi memenuhi pasar dengan banyak pemakaian teknologi. Terutama hybrid untuk saat ini.
Tak heran, Toyota pun dianggap melawan arus dan strateginya dinilai enggak tepat.
Padahal, di sisi lain Toyota memikirkan solusi apa yang dibutuhkan konsumen, bagaimana daya belinya serta dukungan infrastruktur di sebuah daerah atau negara.
Pras Ganesh, Executive Vice President, Toyota Motor Asia, menceritakan pengalaman yang dialami Toyota atas keputusannya memilih pendekatan multi-pathway.
"Kami bicara mengenai mobility 1.0, 2.0 dan 3.0. Faktanya kami perusahaan otomotif yang menjadi perusahaan mobility. Ketika kami bicara ini, sayangnya perspektif dunia berbeda. Kami mendapat perbedaan pandangan dari banyak orang dan proyek multi-pathway Toyota tidak tepat. Kalian enggak menuju teknologi tunggal, kenapa kalian tidak fokus pada satu teknologi yang mendukung (tren global)," ungkap Pras dalam Media Briefing di Tokyo, Jepang (28/10).
Toyota pun terlihat oleh perusahaan lain membuat outline yang bertentangan dengan apa yang dilakukan banyak pihak di kalangan industri.
"Itulah lingkungan yang kami dapati," lanjut Pras.
Namun waktu berlalu dan banyak hal berubah. Banyak perusahaan otomotif, khususnya perusahaan otomotif tradisional, mengubah aturan mereka.
"Banyak dari mereka bicara tentang meninggalkan pendekatan EV, mereka bicara mengenai perlunya mengenalkan lebih banyak hybrid, perlunya waktu untuk transisi, dan perlunya meninggalkan teknologi tunggal," ucap Pras yang punya latar belakang pendidikan Hubungan Internasional di Jepang dan Amerika Serikat ini.
"Ini mirip dengan apa yang kami umumkan dulu," lanjutnya.
Dan...pabrikan lain pun kembali melirik mesin bakar dan hybrid. Sementara itu Toyota beranjak meriset bahan bakar terbarukan.