Dengan bagian belakang yang lebih pendek, pusat gravitasi motor juga menjadi lebih pendek.
Efeknya, daya cengkram ban belakang menjadi lebih bagus, akselerasi lebih cepat, dan motor tidak mudah wheelie.
Ride hight device diaktifkan oleh pembalap secara manual menggunakan tuas khusus.
Fitur ini akan non aktif (mengembalikan tinggi motor seperti semula) secara otomatis saat pembalap mengerem menjelang masuk tikungan.
Sebenarnya kejadian ride hight device bukan baru terjadi, sudah banyak pembalap jadi korban fitur ini sejak diperkenalkan.
Johann Zarco pernah menceritakan secara detail bagaimana rasanya mengendarai motor yang ride hight device nya macet saat motor dipendekan.
Baca Juga: Ini Rahasia Quartararo dan Yamaha Bisa Kencang di MotoGP Inggris 2025
Menurut Zarco, saat motor menjadi ceper akibat ride hight device macet, motor menjadi sulit untuk menikung.
"Kau harus hati-hati menikung, karena shockbreaker-nya seperti sudah tidak bisa bekerja. Jadi tinggal ban dan itupun bannya meluncur kesana kemari. Masuk tikungan jadi sulit," jelas rekan senegara Quartararo ini.
Saat motor sudah rebah dan menikung, masalah lain karena ride hight device macet juga akan muncul.
Menurut Zarco, bagian cover body bagian bawah akan lebih mudah bersentuhan dengan kerb karena posisi motor yang jadi lebih ceper.
Itu juga yang membuat pembalap menjadi lebih berisiko mengalami kecelakaan.
Karena beberapa efek tadi yang mungkin dirasakan, Quartararo lebih memilih mengakhiri lomba lebih cepat dengan segala kekecawaannya.