Cara Berkomunikasi di Jalan, Salah Persepsi Bisa Bikin Emosi

Pilot - Jumat, 15 September 2023 | 17:16 WIB

Ilustrasi pengemudi memencet klakson (Pilot - )

Komunikasi dengan lampu ditujukan kepada pengemudi atau pengguna jalan lain yang ada kontak mata dengan kita. Atau bisa melihat kendaraan kita.

Lampu utama alias headlamp selain sebagai penerang jalan di depan saat gelap, juga sebagai pemberi isyarat dengan menggunakan high beam atau lampu jauh.

Akan lebih efektif digunakan malam hari, tetapi bisa juga digunakan siang hari sesuai kebutuhan.

Selain lampu utama ada lampu lainnya yang juga digunakan untuk menyampaikan isyarat.

Seperti lampu sein, berfungsi untuk memberi tahu pengguna jalan lain kemana arah yang kita tuju. Belok kiri, kanan, ambil jalur kiri, kanan dan lainnya.

Sebaiknya mengaktifkan lampu sein 50 m sebelum tikungan jika ingin berbelok atau memutar. Jangan begitu mau belok baru nyalakan sein, bisa bikin kaget pengendara lainnya.

Apalagi jika tidak mengaktifkan lampu seinnya. Atau seperti emak-emak zaman now yang sein kiri tapi belok kanan hehehe.

Angga Raditya
Lampu standar jangan diubah warnanya

Oiya, lampu sein juga berguna sebagai lampu hazard, isyarat yang digunakan hanya saat dalam keadaan darurat.

Bukan sebagai tanda berhenti atau jalan lurus di persimpangan.

Begitu pula dengan lampu rem dan lampu mundur. Semua digunakan untuk memberikan isyarat bahwa kendaraan kita akan berhenti atau mau mundur.

Oleh sebab itu pastikan semua alat komunikasi tadi berfungsi dengan baik. Sehingga komunikasi bisa tersampaikan dengan baik pula ke pengguna jalan lain.

Dan jangan mengubah warna lampu tidak sesuai peruntukkannya. Biasanya dengan menggunakan mika putih di lampu rem, lalu menukar soket lampu rem ke lampu sein dan sebaliknya.

Jika komunikasinya salah, akan diterima dengan salah pula oleh pengguna jalan lain. Bisa bikin emosi dan menimbulkan konflik, paling parah menambah korban kecelakaan lalu lintas.

Yuk kita berkomunikasi yang baik....