Nasib Penjualan Mobil di Tahun Depan Belum Bisa Terbaca, Gaikindo Beri Alasannya

Naufal Shafly - Minggu, 22 Agustus 2021 | 16:25 WIB

Ilustrasi penjualan mobil di Indonesia. (Naufal Shafly - )

GridOto.com - Insentif PPnBM 100 persen yang diberikan pemerintah sejak Maret 2021 disebut mampu meningkatkan penjualan mobil baru di Tanah Air.

Namun insentif PPnBM 100 persen ini akan segera berakhir di 31 Agustus 2021, dan mulai September-November 2021 besaran insentifnya hanya sebesar 25 persen.

Jika di tahun ini penjualan mobil baru sangat terdongkrak oleh insentif PPnBM 100 persen, lantas bagaimana nasib penjualan di tahun depan?

Sebab, belum tentu pemerintah kembali memberikan insentif serupa di tahun depan.

Terkait hal ini, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi bilang, Gaikindo hingga saat ini belum mau memikirkan penjualan di tahun depan.

"Terus terang kami saat ini masih berpikir bagaimana menutup tahun 2021 ini. Kami belum memproyeksikan target penjualan di 2022 akan seperti apa," ucap Yohannes dalam konferensi pers virtual beberapa waktu lalu.

Pria yang akrab disapa Yo ini menambahkan, ketimbang memikirkan penjualan tahun depan, pihaknya masih berfokus untuk mencapai target penjualan 750.000 unit di tahun ini.

Baca Juga: Penjualan Mobil di Indonesia Turun Karena PPKM, Gaikindo Sebut Traget 750.000 Unit Berat Tercapai

"Karena kalau kita lihat, bulan Agustus adalah akhir dari insentif PPnBM 100 persen. Ini tentunya akan sangat berdampak (bagi penjualan)," kata Yo.

Yo mengatakan pihaknya tengah menyusun strategi untuk mencoba mengajukan perpanjangan insentif PPnBM 100 persen ke pemerintah.

"Di sisi lain kami tahu bahwa pemerintah juga lagi sangat sulit menghadapi biaya yang cukup tinggi. Tapi harapan kami semoga pemerintah mau memperpanjang insentif PPnBM 100 persen sampai akhir tahun," ucapnya.

"Kalau itu terjadi, tentunya akan berdampak sangat baik bagi industri otomotif Indonesia," lanjutnya.

Lebih perinci, Yo mengatakan saat ini pihaknya juga masih kesulitan untuk membaca nasib industri otomotif di Indonesia.

Sebab, nasib industri otomotif sangat bergantung pada daya beli dan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.

Namun, seperti yang diketahui bersama ekonomi Indonesia masih belum stabil akibat dari belum terkendalinya pandemi Covid-19.

"Semua masalah yang kami hadapi sejak 2020 adalah karena pandemi Covid-19. Jadi kalau pandemi Covid-19 sendiri belum jelas seperti apa di tahun depan, terus terang kami kesulitan untuk menjawab (perkiraan pasar otomotif tahun depan)," tukasnya.

"Tapi kami punya harapan, dengan besarnya angka vaksinasi di Indonesia, terutama di Jakarta, harapannya pandemi ini bisa terkendali. Tentunya saat pandemi terkendali sektor otomotif bisa ikut pulih," tutup Yohannes Nangoi.