Menkeu Tolak Relaksasi Pajak 0 Persen untuk Mobil Baru, GAIKINDO Langsung Komentar Begini

Naufal Shafly - Selasa, 20 Oktober 2020 | 21:56 WIB

Ilustrasi penjualan mobil di Indonesia (Naufal Shafly - )

GridOto.com - Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Sri Mulyani, memberikan pernyataan bahwa pihaknya tidak menyetejui usulan relaksasi pajak 0 persen untuk pembelian mobil baru.

Pernyataan ini diberikan Sri Mulyani dalam acara Konferensi Pers: APBN KITA Edisi Oktober 2020, Senin (19/10/2020).

"Kami tidak mempertimbangkan untuk memberikan pajak mobil baru 0 persen seperti yang disampaikan Kemenperin dan industri otomotif," ucap Menkeu dalam konferensi pers virtual tersebut.

Menanggapi hal ini, Kukuh Kumara selaku Sekjen Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mengatakan masih menunggu keputusan resmi dari pemerintah.

Baca Juga: Relaksasi Pajak Mobil Baru 0 Persen Resmi Ditolak, Pedagang Mobil Bekas Tarik Napas Lega

"Kan kebijakannya belum keluar (secara resmi). Itu kan baru pernyataan (Menkeu) aja, masih dipertimbangkan juga," ucap Kukuh kepada GridOto.com, Selasa (20/10/2020).

"Kalau 0 persen mungkin enggak, tapi kan bisa ada pilihan lain. Jadi kami juga belum tahu, jangan seolah-olah divonis relaksasasi ditolak," sambungnya.

Saat ini, Kukuh menilai pemerintah masih memiliki visi untuk menggairahkan lagi industri otomotif di Indonesia.

Oleh sebab itu, ia mengaku masih menunggu keputusan akhir dari pemerintah.

Baca Juga: Usulan Relaksasi Pajak 0 Persen untuk Mobil Baru Resmi Ditolak, Ini Komentar Toyota

"Kan intinya pemerintah ingin industrinya bergairah kembali. Pemerintah kemudian mencari langkah-langkah apa yang sekiranya masuk akal, jadi (dari sisi) pemerintahnya juga enggak terlalu berat, industrinya juga bisa menggeliat," tukasnya.

Ia berharap, pemerintah cepat melakukan keputusan agar Gaikindo bersama industri otomotif lainnya bisa memikirkan langkah strategis baru ke depannya.

"Karena kan enggak mungkin juga kita berada di kondisi seperti ini terus-terusan, (penjualan) terlalu rendah, kami butuh segera bangkit," imbuhnya.

"Karena ini bukan hanya menyelamatkan penjualan, tapi menyelamatkan industrinya. Ada 1,5 juta orang yang bekerja di sektor otomotif. Karena volume penjualan turun, mereka kan kerjanya terdampak," tutupnya.