Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza Baru, Pakai Transmisi Matik Ini?

Radityo Herdianto - Rabu, 5 Desember 2018 | 07:53 WIB

Daihatsu DN Multisix, Mobil Konsep Penerus Daihatsu Xenia/Toyota Avanza (Radityo Herdianto - )

Makanya transmisi otomatis konvensional selalu jadi andalan Toyota dan Daihatsu di produk kolaborasi mereka seperti Toyota Agya/Daihatsu Ayla, Toyota Calya/Daihatsu Sigra, dan Toyota Rush/Daihatsu Terios.

Selain itu, transmisi otomatis konvensional juga banyak dipakai di model laris merek lainnya seperti Toyota Kijang Innova, Toyota Fortuner, Toyota Hilux, Daihatsu Sirion, dan Daihatsu Luxio.

Continuously Variable Transmission atau transmisi CVT

(BACA JUGA: Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza Baru, Gerak Roda Belakang atau Depan?)

Hal senada juga diungkapkan oleh ahli perbaikan transmisi otomatis.

"Dari segi pemakaian dan biaya perawatan, transmisi otomatis konvensional lebih cocok dipakai di wilayah Indonesia," ujar Hermas Efendi Prabowo, pemilik bengkel Worner Matic, Bintaro, Tangerang Selatan kepada GridOto.com (4/12).

Transmisi konvensional dinilai memiliki durabilitas dan usia pakai yang lebih baik daripada transmisi CVT.

Memang transmisi CVT memberikan kenyamanan saat berkendara dan lebih irit BBM karena perpindahan gigi yang halus serta rasio giginya yang sangat luas.

"Namun, komponen transmisi CVT tidak setangguh dengan transmisi konvensional bila dipakai untuk mobilitas yang tinggi atau melewati kontur jalan yang cukup ekstrem dan bervariasi," tegas mantan wartawan Kompas ini.

(BACA JUGA: Prediksi Desain Toyota Avanza Baru, Sektor Buritan Kena Pengaruh Rush dan Fortuner)

Komponen belt atau sabuk baja transmisi CVT kurang cukup kuat menahan hentakan torsi mesin yang dibutuhkan misalkan saat melewati tanjakan atau kondisi stop and go di perkotaan.

Sehingga usia pakai transmisi CVT cenderung lebih cepat daripada transmisi konvensional.

Terakhir, segi biaya perawatan transmisi otomatis konvensional memiliki teknologi yang lebih sederhana sehingga lebih murah daripada perawatan transmisi CVT.

"Untuk beberapa model CVT, bahkan kalau rusak harus ganti segelondong baru yang biayanya Rp 45-60 juta," jelas pria ramah ini.

Menurut Hermas, ini karena  ketersediaan suku cadang transmisi CVT di Indonesia tidak selengkap transmisi otomatis konvensional.

"Semakin canggih teknologi yang diaplikasikan pada transmisi otomatis, maka semakin pendek umur pakai serta semakin mahal juga biaya perbaikan atau perawatannya," tutup Hermas sambil tersenyum.