Sangat Asing di Telinga, Apa itu Teknik Sosrobahu?

Ario Cahyo Kumoro - Sabtu, 1 Desember 2018 | 14:45 WIB

Pembanguna jalan tol layang Jakarta Cikampek II menggunakan teknik Sosrobahu (Ario Cahyo Kumoro - )

Begitu disentuh, badan mobil berputar pada titik sumbu dongkrak sebagai penopang. Rupanya, hal yang tidak disengaja ini menjadi inspirasi bagi Raka untuk melahirkan Sosrobahu.

(BACA JUGA: Diduga Menipu Pengguna Jalan Tol, Jasa Marga Angkat Bicara)

Istimewa
Konstruksi Sosrobahu di pembangunan jalan layang

Berbekal hukum fisika sederhana, yaitu hukum Pascal untuk mengangkat beban dan memutarnya, Raka langsung mendesain peralatan yang menurut perhitungannya dapat mengangkat beban berat.

Saat melakukan percobaan pertama, ia menuai kegagalan. Semua direksi datang menyaksikan saat pompa hidrolik dengan tekanan di atas 80 ton itu diputar.

Namun, Raka tak putus asa dan mencobanya lagi dengan meminta bantuan beberapa koleganya dalam menyempurnakan temuannya.

Singkat cerita, ia berhasil melakukan uji coba dan memberanikan diri menyampaikan keberhasilannya ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan sejumlah direksi.

(BACA JUGA: Perkembangan Terbaru Jalan Tol Seirampah-Tebing Tinggi, Rencananya Dibuka Bulan Depan)

Tanggal 27 Juli 1988 menjadi tanggal bersejarah bagi teknik Sosrobahu. Tepat pukul 22:00 WIB, ratusan mata bersiap menyaksikan pemutaran lengan beton seberat 440 ton.

Raka lantas naik ke podium konstruksi. Saat berdoa, ia mengaku, mendengar bisikan yang menyebut angka 78. Raka lantas meminta tim untuk memulai proses pemutaran lengan beton.

Berdasarkan perhitungan awal, seharusnya lengan benton diperkirakan bergerak pada tekanan 105 kg/cm2. Namun, ia meminta agar tim menggerakkan hingga mencapai tekanan 78 kg/cm2.

Ajaibnya, lengan beton itu akhirnya berputar tepat saat tekanan berada di angka 78.

Nama Sosrobahu didapat pada pemasangan tiang ke-85 tepatnya pada awal November 1989, Presiden Soeharto ikut menyaksikannya dan memberi nama teknologi itu Sosrobahu yang diambil dari nama tokoh pewayangan Mahabharata. Sejak itu teknik konstruksi ini dikenal sebagai teknologi Sosrobahu.

Keberhasilan Raka rupanya dilirik banyak negara. Negara-negara seperti Jepang, Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura banyak yang menggunakan teknik ini dan juga memberikan hak paten. Bahkan, Korea Selatan disebut bersikeras ingin membeli hak patennya.

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by GridOto (@gridoto) on