Infrastruktur Belum Mumpuni Jadi Alasan Hino Urung Pasarkan Kendaraan Full EV

Harun Rasyid - Kamis, 19 Maret 2020 | 21:15 WIB

Hino Ranger FG 235 JU (Harun Rasyid - )

GridOto.com - Percepatan elektrifikasi kendaraan yang sedang digaungkan pemerintah pastinya juga akan menyasar segmen kendaraan komersial, seperti truk atau bus.

Namun Hino sebagai salah satu merek kendaraan komersial yang cukup ternama di Indonesia, urung menyiapkan lini produk electric mobility (ELMO) yang lebih ramah lingkungan.

Padahal 2 tahun lalu, Hino sempat memamerkan kendaraan komersial full listrik bernama Poncho EV ke pameran GIIAS 2018.

Direktur Penjualan dan Promosi Hino Motor Sales Indonesia (HMSI), Santiko Wardoyo mengatakan, hingga kini truk atai bus listrik belum sesuai untuk kebutuhan bisnis di Indonesia.

(Baca Juga: Hino Luncurkan Truk Baru Sepanjang 12 Meter, Anti-ODOL dan Mampu Bawa Beban 15 Ton)

"Saya melihat jarak tempuh atau operasi truk ini kan luas, masalahnya fasilitas pendukung charging station belum banyak tersedia di daerah-daerah. Jadi kendaraan niaga listrik belum memadai untuk dipasarkan sekarang," jelas Satikno beberapa waktu lalu kepada GridOto.com.

"Kendaraan komersial Hino bertenaga listrik di Jepang juga sampai sekarang belum banyak beredar, mereka masih perlu mengembangkan infrastrukturnya juga," lanjutnya.

GridOto.com
Hino Poncho EV


Ia berujar, kendaraan komersial begitu berbeda dengan mobil penumpang yang mungkin akan lebih dahulu dipasarkan di Tanah Air.

"Kalau untuk mobil sedan itu lebih mungkin dipasarkan duluan, tapi kalau truk dan bus berbeda, terutama sistem chargingnya. Kalau hybrid lebih possible karena bisa mencharge sendiri," ungkap Santiko, Rabu (5/3/2020).

(Baca Juga: Hyundai Kembangkan Mobil Listrik Baru, Harganya Bakal Lebih Bersahabat Buat Konsumen?)

Santiko juga belum bisa memastikan kemungkinan memasarkan lini hybrid seperti Hino 300 Series, Hino 500 Series, Hino 600 Series, atau Hino 700 Series di dalam negeri.

"Truk hybrid kami sudah ada di luar negeri, tapi kalau dipasarkan di sini itu harganya mahal. Kami juga melihat penjualan hybrid di Indonesia kurang diminati karena harganya kurang ekonomis," tutupnya.