Indonesia Teken Kontrak dengan China, di Dalamnya ada Kendaraan Listrik

M. Adam Samudra - Senin, 16 April 2018 | 18:16 WIB

Beberapa kerja sama Indonesia-China ditandatangani Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan (M. Adam Samudra - )

GridOto.com- Indonesia kembali memperluas kerja sama dengan Negara China.

Perkembangan positif kerja sama antara negara Indonesia dengan China ditandai dengan ditandatanganinya 2 nota kesepahaman dan 5 kontrak kerja sama.

Dua nota kesepahaman yang berhasil disepakati menyangkut pengembangan mobil/motor listrik dan pengembangan Tanah Kuning Mangkupadi Industrial Park di Kalimantan Utara.

“Kami tidak ingin hanya bicara, bicara, dan bicara saja. Tapi kami ingin melihat implementasi,” kata Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan melalui keterangan resmi Kemenko Maritim di Jakarta, Senin (16/4/2018).

(BACA JUGA: Penjualan Kalah dari Honda New Sonic 150R, Ini Perbandingan Spek Suzuki Satria F150 FI dengan Sonic 150R)

Sedangkan kontrak kerja sama pertama yang ditandatangani terkait pengembangan proyek hydropower di Kayan senilai 2 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 27 triliun.

Kontrak yang kedua adalah pengembangan industri konversi dimethyl ethercoal menjadi gas senilai 700 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 9,6 triliun.

Sementara kontrak ketiga merupakan perjanjian investasi joint venture untuk hydropower plant di Sungai Kayan senilai sekitar Rp 245 triliun.

Yang keempat adalah juga perjanjian investasi joint venture pengembangan pembangkit listrik di Bali sekitar Rp 220 triliun.

Sedangkan kontrak kelima terkait pengembangan steel smelter sekitar Rp 16,4 triliun.

“Kami ingin melihat terus terjalinnya kerja sama antar investor dari kedua negara, tidak hanya antarpemerintah,” katanya.

Lebih jauh, Menko Luhut mendorong kerja sama di 4 koridor ekonomi di Indonesia dengan nilai investasi mencapai total 51,930 miliar dolar Amerika atau sekitar Rp 690 triliun.

Selain itu, mereka juga ingin mengembangkan industri lithium (baterai) untuk mobil listrik di Indonesia.

"Karena seperti Morowali sekarang pertumbuhan ekonominya 60%. Sekarang mau bikin lagi di Halmahera Utara, itu produksi baterai lithium, jadi tidak semua tertumpu di Jakarta,” ucapnya.